Aplikasi di Handphone anda yang dapat menghasilkan uang

Aplikasi di Handphone anda yang dapat menghasilkan uang
AplikasiATMPonsel

Wednesday, December 31, 2014

Bidadari Kecil, Saghirah

Bidadari Kecil, Saghirah Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
“Saghirah, hari ini sekolah ya nak. Ibu tak mau gara-gara ibu, Saghirah ga sekolah.” ucap ibu Fitri yang masih terbaring lesu setelah di tabrak lari oleh sebuah mobil sedan dua bulan yang lalu yang membuat kedua kakinya tak dapat digerakkan lagi. Ibu muda beranak dua tersebut sudah dua tahun terakhir menjadi tonggak dalam keluarganya setelah suaminya meninggal dunia karena infeksi di kakinya.
“Iya, bu.” Jawab Saghirah. Matanya berkaca, namun ia tetap tersenyum.
“Maafkan Ira, bu. Ira ga mau ibu sedih kalau tau sebenarnya Ira sudah tidak sekolah, Bu.” lirih Saghirah dalam hati. Rasa tak tega yang membuat semua ini terjadi.
“Ibu, minum obat dulu ya.” Ira duduk sembari merapikan tempat tidur ibunya yang lusuh.
“Kamu dapat obat dari mana sayang?”
“Eu… Di kasih sama dokter Hani, bu.”
Sejenak Ira terdiam. Ia merasa bersalah telah berulang kali terpaksa melakukan hal yang menurutnya konyol itu.
“Siapa beliau itu, nak?” Tanya Ibu Fitri lagi. Kondisi kakinya yang masih membengkak dan tidak mendapatkan perawatan yang berarti membuatnya tak bisa memenuhi kewajibannya sebagai ibu sekaligus bapak bagi kedua anaknya.
“Beliau dokter di kampung sebelah, bu.” Kali ini dia tak berbohong. Namun, bukanlah kebaikan dokter Hani yang memberikannya obat setiap hari, tapi hasil keringatnya lah yang membuat obat itu menjadi miliknya sekarang.
Seperti dijanjikan, ia pamitan untuk sekolah. Melihat penampilannya selaku siswa, tak ada yang menyangka apa sebenarnya telah berlaku terhadap si kecil Saghirah. Ia masih berseragam sekolah sampai ke sebuah gerbang, gerbang dimana tak seharusnya ia berada. Dan, tak ada yang menduga kalau sejatinya ia sekarang sudah menjadi salah satu murid di ‘sekolah alam’, TPA, Tempat Pembuangan Akhir, tersebut. Hal itu sudah dilakoninya semenjak kecelakaan ibunya, namun baru minggu ini ia mulai dari pagi, setelah dia di vonis untuk tidak dapat lagi mengikuti pembelajaran oleh kepala sekolahnya.
Disana ia belajar menjadi seorang ibu, bapak, atau penanggung jawab keluarga. Sampah-sampah yang menurut kita kotor dan jijik adalah ‘mutiara’ dimatanya sekarang dan mutiara itu menjadi buku serta mata pelajarannya, sedang panas dan peluh adalah gurunya. Di sana ia berlomba dengan serombongan ‘murid-murid’ sekolah terbaiknya saat itu. Ia harus berlomba mencari ‘mutiara’ yang bisa di daur untuk di tukar dengan Rupiah. Tak ada harapan muluk setelah seharian dia disana. Ia hanya berharap untuk bisa terus melanjutkan hidup bersama ibu dan adik semata wayangnya.
“Ya Allah, Ira hanya ingin ibu cepat sembuh. Ira ga tega melihat ibu terbaring tak berdaya. Ira pengen beli obat agar ibu sehat, ya Allah…” Doa tulus dan polos dari bibir mungilnya di pagi ini. Walau perasaan tak enak selalu menghantuinya, gelisah, khawatir akan kondisi ibunya yang tak stabil ditinggalnya sendiri di rumah. Sedang adiknya yang masih kelas dua Sekolah Dasar belum bisa diharapkan apa-apa. Ia bisa sekolah dan jajan ringan tiap harinya saja telah cukup bagi Ira.
Hari berganti, pekan mulai menutup masa, dan bulan ketiga pun menyambut. Niatnya menabung untuk kembali bisa sekolah terpaksa diurungkannya. Dipikirannya kesehatan ibunya adalah utama. Walau kadang ia merasa iri melihat teman sebayanya yang masih bisa sekolah dengan nyamannya. Tak jarang juga ia minder untuk itu. Namun ia bertekad akan berjuang, walau mungkin ia hanya bisa jadi murid di ‘sekolah alam’ itu, namun ia tetap menyempatkan diri dengan berbekal seragamnya ia pura-pura menjadi murid yang hampir tiap hari hanya study tour, beberapa sekolah ia sambangi untuk bisa belajar walau hanya dua hari dalam seminggu. Tak ada yang menduga ia demikian. Sungguh Saghirah luar biasa.
Tuntutan untuk saling mengenal antara dia dan beberapa jajaran guru di sekolah Menengah Atas Swasta di Kota Bekasi yang ia kunjungi kembali memaksanya untuk berbohong.
“Maaf, bu, pak, kalau saya berbohong.” lirihnya dalam hati. Walau sejatinya berbohong adalah hal yang paling tidak bisa diterima hatinya.
Keesokan harinya, Ibu Aisyah, seorang guru di sekolah yang baru ia kunjungi tanpa sengaja bertemu Saghirah tak di sekolah seperti apa yang dia katakan kemarin hari. Tak ayal, beliau mendapati Saghirah dengan ketegarannya menjalani hidup. Ia memperhatikan apa yang seakan tak dipercayainya. Saghirah mengganti seragam sekolahnya dan menuju sekolah alamnya. Tiga jam berlalu. Saghirah membersihkan ‘mutiara’ hasil jerihnya di sekitar semak TPA itu. Sesekali ia merenung dengan raut gelisah. Kemudian ia memboyongnya dengan mengangkat sekarung ‘mutiara’ untuk dijadikan Rupiah. Ibu Aisyah tak kuasa menahan air matanya. Kemudian Saghirah kembali mengganti seragamnya dan pulang dari ‘sekolah’nya. Di jalan ia sempatkan diri untuk ke pasar menukar lembaran lusuh itu dengan seliter beras dan ke apotik langganannya. Ibu Aisyah yang menyamar menatapnya dengan mata sembab. Kemudian beliau mengikutinya sampai ke rumah. Saghirah masuk, namun tak lama kemudian ia kembali keluar dengan membawa drigen tiga puluhan liter untuk mengisi air di mushalla seberang jalan depan rumahnya. Ibu Aisyah terharu dengan apa yang tampak dimatanya. Menurutnya Saghirah begitu tegar. Dan semua beban itu tak pantas ada dipundaknya yang masih kecil dan lemah itu.
Dengan susah payah Saghirah memboyong air tiga puluh liter itu kerumahnya. Kemudian ia memapah ibunya ke kamar mandi di sebelah rumahnya. Tak ada raut mengeluh atau terpaksa dalam melakukan ini semua. “Tapi apa benar Saghirah sekolah di sekolah itu, atau…..?” Pertanyaan tak butuh jawaban menari sekelabat di hati ibu Aisyah. Namun, tak lama, ia masih terpana dengan apa yang tampak dihadapannya itu.
Tak lama kemudian Saghirah kembali memapah ibunya Ke dalam rumah. Rasa ingin tahu lebih dalam tentang seorang yang cerdas namun misterius itu menyesaki ruang hatinya. Ia begitu menarik untuk diperhatikan, menurutnya. Tak sadar sudah hampir setengah hari ibu Aisyah mengikuti Saghirah secara mengendap-endap. Ia bahkan lupa akan jadwal rapat di sekolahnya.
Saghirah kembali dengan kesibukannya di dalam rumah. Ia membalut luka yang masih belum kering dan menempel obat ramuan tradisional yang dibuatnya sendiri. Tak ada pilihan lain yang dapat membantunya sekarang selain dirinya yang melakukan ini semua. Semua keluarganya jauh di Madura sana.
Selesai Saghirah menanak nasi, ia kebingungan. Uangnya sudah ia belanjakan semua, sedangkan untuk lauk makan siang itu belum ada sama sekali. Kemudian ia mendiamkan nasi hasil masaknya dari tungku kayu yang dibuatnya selama ibunya sakit. Ia harus berhemat untuk menggunakan dapur gas. Dengan berbekal nasi putih dan garam dapur, ia mencoba menghidangkannya untuk ibunya.
“Maafin Ira, Bu. Ira belum bisa berbuat apa-apa untuk ibu, ini ada sedikit riski dari Allah untuk kita makan hari ini, tapi…” Ia tak berani untuk melanjutkannya.
“Sudah. Seharusnya ibu yang minta maaf. Ini adalah kewajiban ibu, nak. Bagi ibu, bisa melihat anak ibu sekolah dan tersenyum itu sudah lebih dari cukup, Nak.” Ira hanya tersenyum walau hatinya tak sejalur dengan apa yang ibunya katakan, matanya kembali berkaca, hati kecilnya tak kuat, tak tega dengan selalunya membohongi ibunya, namun sementara waktu itulah yang terbaik menurutnya. Kemudian ia menyuapkan nasi putih yang ditaburi garam dapur untuk ibunya. Walau nafsu makan kurang, ibunya berusaha untuk menelan suapan dari putri tersayangnya. Setidaknya hal tersebut akan membuat saghirah bahagia. Hanya itu harapan ibu yang semakin lama semakin terlihat tua ketimbang umurnya yang masih berkepala tiga. “Nak, kamu kerja apa? Ibu merasa ada yang kamu sembunyikan dari ibu. Tiap hari kamu membawa ibu makanan lezat ini dan obat untuk ibu. Siapa yang membantu kita? Ibu ingin berterima kasih banyak padanya.” Ibunya penasaran dengan apa yang dilakukan Saghirah sehingga setiap pulang sekolah ia membawa seliter beras dan sebungkus obat untuk dirinya.
“Euuu… I.. Ira ga bekerja, Bu. Ira tiap hari sekolah. Riski kan kata ibu ada yang mengaturnya, jadi Ira ga perlu pusing untuk itu.” Ibunya terharu mendengar kata tulus dan tinggi dari anak kebanggaannya tersebut. Namun hatinya seakan tak percaya dengan semua itu.
“Trus siapa yang tiap hari bersedia memberi kita beras dan obat itu, Ra?”
“Ada, nanti ibu pasti bisa ketemu sama orangnya.” Hibur Saghirah. Kemudian ia memeluk ibunya. Air matanya tumpah. Dalam hati ia menyumpahi dirinya sendiri. Keharuan dan kesyahduan melanda hati mereka. Dan, doa adalah hasil dari kesyahduan tersebut.
“Ya Allah, selamatkanlah Jiwa raga kami, berikanlah rizki yang cukup dan halal bagi kami. Selamatkanlah ya Allah anak-anak hamba yang merupakan titipan dari-Mu. Ya Allah, hamba menerima semua apa yang menjadi kehendak-Mu. Hamba sudah tak bisa mengawasi anak-anak hamba, hamba serahkan semuanya pada-Mu ya Allah.” doa yang disertai air mata itu begitu mengharukan jiwa. Andai Saghirah mendengarnya.
“Erni, kamu tau kabar tentang Shagirah?” Tanya Andi, selaku Ketua Osis di sekolahnya.
“Eu… Ga tau, tuh.” Jawab Erni singkat, walau sebenarnya dia sedikit tahu perihal yang terjadi dengan Saghirah. Namun pesan Saghirah untuk menyembunyikan ini semua membuat ia bungkam. Andi merasa ada yang tidak beres dengan kehilangan Saghirah, murid teladan yang merupakan mantan wakil ketua Osis di sekolah tersebut. Seminggu lebih ia mencari informasi tentang keberadaan Saghirah, namun sayang, ia tak berhasil. Erni saja yang merupakan teman dekat Saghirah hanya tahu ia pindah sekolah.
Keesokan harinya Andi mencari tahu alamat Saghirah, dan hanya Erni yang pernah kerumahnya. Kemudian Andi memaksa Erni untuk mengantarkannya kerumah Saghirah. “Assalamu’alaikum…” Erni memberi salam.
“Wa’alaikum salam, siapa ya?” Jawab ibunya Saghirah dari kamarnya.
“Erni, Bu. Saghirah ada?”
“Erni…? Masuk nak. Saghirahnya sedang sekolah.”
Mereka dipersilahkan untuk masuk ke kamar. Setelah masuk dan basa-basi, Erni baru sadar, ternyata ibunya Ira yang dulu segar-bugar kini lemas tak berdaya. Kemudian mereka mengutarakan hajat mereka.
“Loh, bukannya Erni ini sekelas dengan Saghirah?” Tanya bu Fitri kemudian. Erni merasa ada yang tidak beres dengan Saghirah. Menurut cerita ibunya, setiap hari ia sekolah dengan seragam yang sama dengan dirinya. Tapi di sekolah ia tak pernah tampak sudah dua minggu.
“I… Iya, tapi tadi pagi belum datang, makanya kita kesini.” Erni membuat skenario. Sedang Andi semakin bingung. Namun, ia hanya diam saja walau keningnya mengernyit.
“Ya, ibu juga ga tau. Semoga ga apa-apa dengan dia.” Mendengar Saghirah belum ada di sekolahnya pagi ini membuat air bening tanda khawatir sekaligus kasih sayang itu mengalir lembut. Tak lama kemudian mereka pamitan.
“Kamu tau kalo ibunya Ira sakit?” Tanya Andi seakan menyalahkan Erni yang tak memberi tahunya.
“Ga, Aku ga tau kalo ibunya sakit. Dulu pernah cerita, tapi dah lama banget. Kirain ga separah itu.” Jawab Erni.
“Trus apa maksudmu Ira belum datang tadi pagi?” Tanya Andi.
“Eu… Gini, Ira keknya lagi ada masalah besar yang membuat dia ga sekolah lagi. Dari rumah ia tiap hari sekolah, tapi kemana kita ga tau. Tadi tuh maksudnya biar ibunya ga merasa bahwa Ira selama ini ga sekolah. Kasian dia.”
“Trus, tadi cuma boongan doang?”
“Ya iya, Ndi. Gimana sih. Apa kamu tega liat ibunya yang sedang tak berdaya itu puyeng gara-gara Ira ga ke sekolah?”
“Iya juga sih. Tapi gua harus tau. Ira sekarang sekolah dimana.”
“Iya. Mungkin besok pagi kita bisa buntuti dia.”
“Okey, sip. Tar kita SMS-an aja ya.”
“Sip.”
Masih seperti kemarin. Ira berseragam dan menuju TPA, Andi dan Erni membuntutinya dari belakang. Saghirah tak menyadari.
“Loh, kok dia menuju TPA, ngapain?” Andi seakan tak sabar karena sebentar lagi bel di sekolahnya berbunyi.
“Sabar aja. Kita liat, kali aja bukan kesana.” Jawab Erni santai.
Namun lain dari ucapan Erni. Saghirah segera menggantikan seragamnya. Namun ia tetap menggunakan jilbab dan terlihat ayu. Karena menurutnya, menjalankan Agama Allah adalah kewajiban mutlak yang merupakan kebutuhan bagi setiap individu. Dan, kedua pasang mata itu terbelalak. Seakan mereka tak percaya melihat apa yang terjadi. Dengan ketegarannya, Saghirah mengambil perlengkapan seadanya dan menuju tumpukan ‘mutiara’. Dua pasang mata itu tak henti menatap, dan mulai ia berkaca-kaca. “Ya Allah, jadi selama ini Ira mencari duit untuk menafkahi ibu dan adiknya disini.” ucap Erni terbata. Ia tak kuasa melihat teman sejawatnya itu berkelakar dengan sampah. Ia tak sampai hati melihat dimana ia mengganti seragam sekolahnya dengan baju kumal dan bau itu. “Ya Allah, Ndi. Ira…” Erni tak sanggup lagi melanjutkannya.
Begitu juga Andi. Ia tak sanggup berucap, dihatinya dipenuhi rasa iba yang menyesakkan dada.
“Ya Allah, betapa kejamnya kehidupan.” Andai bisa dirubah, ia mau menggantikan posisi Ira. Itulah humanity-nya.
Jam menunjukkan jam tujuh tiga puluh, Andi dan Erni segera meluncur ke sekolahnya. Sampai di sekolah Andi menceritakan apa yang tadi pagi dilihatnya dengan mata berkaca-kaca, dan rata-rata teman Osis seakan tak percaya. “Tapi, pasti ada yang tidak beres di sekolah. Aku sangat kenal pribadinya Ira, ia tak mungkin putus sekolah tanpa sebab yang jelas dan parah.” timpal Rahmat, mantan Ketua Osis dimana Saghirah sebagai wakilnya.
“Ya, sejauh ini kita belum ada informasi. Mungkin kita selidiki lebih lanjut nantinya.” Pungkas Andi yang di iya kan seluruh team work nya. Begitu juga dengan teman sekelas Saghirah. Mereka mengenal Saghirah adalah tipe gadis periang yang tak ada setitik beban terlihat di wajah ayu nya. Dan, mereka tak sadar kalau itu adalah cara lain Saghirah agar teman-temannya tak menjadi sedih dengan apa yang menimpanya. Bahkan di hari terakhir ia sekolah, ia hanya memberi tahukan Erni. Walau ia sadar hal tersebut akan menyakitkan temannya. namun, lagi-lagi menurutnya itu adalah cara terbaik untuk sekarang ini. “Masa’ sih? Kasian banget Ira, gimana dong?” Timpal Dewi, salah satu teman yang lumayan akrab dengan Saghirah.
“Ya… Andi dan teman-teman Osis lagi ngusahain untuk cari tahu penyebabnya. Kita sabar aja dulu, tunggu hasil dari usaha mereka, baru kita bisa gerak.” Ucap Erni yang sesaat ia menjadi komando dadakan.
Andi dan teman sesama Osisnya mencari akar perkara yang membuat Ira berhenti dari sekolah tersebut. Andi menemui guru BP; “Pak, bapak tau ga si Ira?” Tanya Andi dengan nada santai agar guru BP tersebut tak menyadari bila Andi sebenarnya sedang menyelidiki.
“Iya, kenal. Yang juara olimpiade itu bukan?”
“Iya. Hemmm… Denger-denger, dia di keluarin ya dari sini?” selidik Andi dengan cara menyergap dari depan.
“Sebenarnya kita juga kurang mengerti, kan kamu tau sendiri kepala sekolah kita sekarang. Orangnya pendiam, mukanya killer dan banyak hal misterius dengan dia.”
“Oya, memangnya benar Ira di keluarin, Pak?” Andi mulai terlihat serius.
“Kata Ibu Salamah sih begitu.”
“Trus, pasti ada sebabnya dong.”
“Iya, katanya Ira belum bayar SPP selam lima bulan ini.”
Andi tersentak mendengarnya. “Seorang yang juara olimpiade Fisika tingkat Provinsi bisa di skor untuk berhenti dari sekolah hanya gara-gara SPP? Ya Allah, kejam hidup ini.” Andi bergumam dalam hati.
“Ya udah makasih banyak, pak.” Ucap Andi lantas pergi meninggalkan guru BP tersebut sendiri.
“Sama-sama.”
“Jadi hanya karena SPP?” Rahmat kaget mendengarnya dari Andi.
“Iya, kak.”
“Semakin ga beres ini kepala sekolah kita. Kayaknya kita perlu bertindak lebih lanjut.”
“Setuju…!” jawab seluruh anggota Osis dan sebagian anak kelas XII IPA A, dimana Ira dan Erni berada. Kemudian Rahmat membisikkan sesuatu ke kuping Andi. Andi juga membisikkan ke yang lain sampai seluruh yang hadir dalam rapat tak teroganisir tersebut mengetahuinya.
Selanjutnya mereka mengatur strategi. Semua anggota Osis dan seluruh ketua kelas dikumpulkan secara diam-diam untuk mengomandoi. Rahmat yang menjadi dalangnya, sedang Andi dan Erni menyiapkan kebutuhan lainnya.
Hari yang dijadwalkan. Semua siswa dikomandoi untuk datang lebih telat dari biasanya, dan Rahmat menjadi penanggung jawabnya. Jam sembilan tepat. Sekolah SMAN 1 Percontohan kota Bekasi masih sepi dari siswa. Tak ada satupun siswa yang sudah hadir. Semua guru-guru hanya saling berbagi kebingungan. Bahkan ada yang menduga bahwa hari ini adalah tanggal merah. Beberapa menit kemudian, seluruh siswa datang berbarengan dengan membawa seluruh atribut demo. Ternyata rencana Rahmat mendalangi seluruh siswa untuk berdemo kepada kepala sekolahnya berjalan sempurna. Namun, mereka tetap memilih jalur damai. Seluruh siswa berseragam rapi. Hanya saja membawa baliho dan spanduk yang bertuliskan, “SELAMATKAN ASET SEKOLAH KITA” “APA ARTINYA SPP KETIMBANG ASET” diiringi teriakan massa dari seluruh siswa di sekolah yang terkenal terfavorit di kota mereka.
“Kami tak menerima Ira harus berhenti sekolah.” Ucap salah satu dari anggota Osis.
“Kami juga tidak menerima seorang juara olimpiade harus jadi pemulung.” Teriak siswa lainnya. Dari ribuan Siswa, terdapat pula beberapa kotak amal bertuliskan, “SPP UNTUK SAGHIRAH” di lain sudut ada juga yang bertuliskan, “SPP UNTUK SANG JUARA”. Dengan raut serius dan berduka, tak sedikit dari peserta demo berurai air mata. Bahkan guru yang mengetahui perihal tersebut merasa haru dan bangga dengan kebersamaan dan kesetia kawanan yang mereka miliki. Sedang di sana, di sekolah Alam, Ira sibuk dengan dulangan mutiara. Dan, Ibu Aisyah dari Sekolah Swasta yang sempat Ira kunjungi menceritakan hal serupa kepada seluruh guru dan kepala sekolah. Dan, kepala sekolah tersebut menyarankan agar Ira resmi pindah sekolah dengan biaya seratus persen di tanggung olehnya.
Setelah demo berlansung, Rahmat, Andi dan Erni ke rumah Ira. Namun sayang, mereka tak dapat menemui Ira, ia sudah berangkat ke ‘sekolah’ nya. Sebentar mereka di rumah Ira, selanjutnya mereka bertiga menuju TPA, sedangkan hasil sumbangan semua diberikan kepada ibunya Ira. “Ira…” Panggil Erni. Saghirah melihat dengan tatapan biasa. Namun setelahnya ia tersentak dan kaget. Bagaimana tidak, Erni datang dengan siswa pilihan yang merupakan siswa paling disegani di sekolahnya, Rahmat dan Andi. Kemudian Ira mendekat dengan pakaian kumalnya. Rahmat tak kuasa melihat sahabat terbaiknya itu bergumul dengan sampah. Tak hanya berkaca-kaca, air matanya tumpah. Namun tetap ia paksakan untuk tersenyum menyambut senyumnya Ira.
“Dari mana kalian tahu Ira disini?” tanya Ira bahagia, ia merasa begitu diperhatikan oleh teman-temannya.
“Dari kemarin-kemarin kita sudah melihat kamu disini, kok” Sahut Erni belagak. Ira hanya tersenyum melihat temannya yang selalu membuatnya bisa tertawa.
Kemudian Ira di ajak pulang.
“Ga bisa sekarang. Ira harus beresin itu dulu semuanya, habis tu baru bisa pulang. Mau tunggu?”
“Ah, ga mau nunggu. Mau bantu aja, boleh?” tanya Erni.
“Eee… Ga usah, tar seragamnya kotor lagi.”
“Ayooo… Siapa juga yang takut kotor. Hemmm..” Erni dengan nada centilnya.
“Kangen tau ditinggalin lama banget.” Seloroh Erni sambil jalan menuju tumpukan sampah daur ulang hasil jerihnya Ira pagi ini. Rahmat dan Andi mengikuti di belakang.
“Ira juga kangen ma kalian semua.” Ucap Saghirah dengan mata berkaca. Kemudian, sambil membersihkan sampah-sampah tersebut, Ira diminta untuk menceritakan seluruh kejadian yang menimpanya.
“Jadi, hampir seluruh profit dari hasil Olimpiade itu di sita kepala sekolah?”
“Iya, tapi, ya… Lupakan lah.” Ucap Saghirah ikhlas.
“Ga.. Ga.. Ga.. Ga boleh gitu. Itu udah korupsi plus menipu namanya. Benar-benar bangsat dia. Kurang ajar.” Rahmat geram.
Andi menunggu kata-kata inspiratif yang biasanya muncul kala geram menerpa Rahmat.
“Gua laporin ke KPK tau rasa dia.”
“Aha, tepat. Kita ga usah repot-repot. KPK jawabannya.” jawab Andi menemukan ide.
“Udahlah, jangan. Kasian dia.” timpal Ira kemudian.
“Yah, gimana nanti aja.” Jawab Rahmat.
Kemudian dengan semangat Andi dan Rahmat membantu mengangkat ‘mutiara’ milik Ira menuju tempat ia menukar menjadi Rupiah. Sedang Ira mengganti seragamnya kembali. Erni hanya menunggu sambil menghayal akan hal indah besok hari yang akan diterima Ira, sahabatnya. Sambil pulang, seperti biasa, Ira menyempatkan diri untuk beli beras dan obat. Andi dan Rahmat yang sebenarnya sudah membawa kebutuhan-kebutuhan untuk Ira juga hanya diam. Ia tak mau merubah apa yang menjadi kebiasaan yang memang dinikmati Saghirah.
Sampai di rumah, Ira kaget dengan semua ini. Disana baru Erni menceritakan apa yang sudah Andi dan teman-teman Osis perbuat demi dirinya. Ira terisak. Menangis haru. Kemudian ia tersenyum bangga dan memeluk Erni seraya berterima kasih tak terhingga bagi Rahmat, Andi, rekan Osis, dan semua siswa.
“Allah pasti membalas niat baik kalian, Ira belum bisa berbuat lebih untuk kalian.”
“Sudahlah, lupakanlah.” Ucap Andi.
“Terima kasih banyak, Nak. Ibu hanya bisa berdoa, semoga kalian semua diberkahi Allah.”
“Iya, Bu. Terima kasih doanya. Itu sudah lebih dari cukup bagi kami yang memang hanya melakukan kewajiban kami.” Jawab Rahmat yang memang berdiri dekat ranjang ibunya Saghirah. Tak lama kemudian, dari luar terdengar ketukan pintu.
“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum salam.” Jawab Ira dan Teman sekolahnya. Ira membuka pintu.
“Ibu Aisyah? Ya Allah. Silahkan masuk, Bu.”
“Iya Saghirah, terima kasih. Tapi ibu ga sendiri. Ibu sama guru-guru lainnya.”
“Hah…?” Ira baru sadar.
“Ya Allah… silahkan masuk bu, pak.” sambung Ira ramah. Lalu sebagian dari guru-guru dari dua sekolah itu masuk untuk menjenguk ibu Saghirah secara bergantian. Rasa bahagia yang dirasakan Ira memuncak. Dan, buliran itu tak pernah luput untuk mengapresiasikan kebahagiaan yang melanda hatinya. Sebelumnya ia tak pernah merasa se berharga hari ini. Walau ketika Ia memenangkan Olimpiade sekalipun.
Sore harinya rumah Ira disesaki oleh teman-teman dari kedua sekolah juga.
“Kami sangat berterima kasih sama Ira, Bu. Karena dia sekolah kita bisa jadi sekolah favorit.” Ucap salah satu teman yang sekelas dengan Saghirah.
“Kami juga berterima kasih kepada Ira. Karena dia, kebusukan yang terpendam dalam diri kepala sekolah kami jadi terbongkar. Semoga ia taubat. Amin.” Ucap guru BP sekolah Saghirah yang diamini Ibu Fitri dan seluruh siswa yang berada dalam kamar itu.
“Nak, kenapa kamu harus menutup ini semua sama ibu?” Pertanyaan polos dan sangat dalam itu keluar dari mulut ibu Fitri yang masih terbaring lesu.
Saghirah tak sanggup menjawab. Air matanya berurai.
“Maafkan Ira, bu. Ira ga tega kalo ibu harus mengetahuinya waktu itu.” Lantas ia memeluk ibunya. Suasana haru menyelimuti ruangan sederhana itu.
“Ibu bangga dengan mu, nak.” Ucap ibu Fitri tulus. Linangan air mata tak sanggup dibendungnya.
“Mulai besok kamu tak perlu lagi ke TPA, nak. Semua biaya hidup kita sudah di tanggung oleh Kepala Sekolah SMA Islam Modern Kota Bekasi selama ibu belum bisa bekerja. Dan biaya sekolah kamu sudah di tanggung guru-guru sekolah kamu. Keluarga Erni juga membiayai seluruh biaya pengobatan ibu.” Lanjut ibunya. Saghirah kaget dan melepaskan pelukannya. Aura bahagia memancar dari wajah lusuh ibu Fitri.
“Ya Allah. Terima kasih atas rahmat-Mu ini.” Ucap Saghirah dengan bersujud syukur. Isaknya terdengar. Sebuah isakan bahagia.
“Terima kasih banyak, Er. Kamu sahabat terbaikku.” Ujar Saghirah sambil mendekati dan memeluknya yang membuat linangan baru di mata Erni.
“Sama-sama Ira. Justru aku lah yang seharusnya bereterima kasih. Karena kamu ayah Erni terinspirasi untuk membuat sekolah gratis untuk semua golongan. Terima kasih banyak.” Seluruh temannya menyaksikan haru dan khidmat.
Hari pertama sekolah kembali.
Ira kaget dengan apa yang Rahmat, Andi dan rekan Osis rencanakan.
“Kita sambuuut… Saghirah…” Ucap Andi yang ditemani Rahmat yang memang telah merencanakan syukuran keberhasilan mereka. Tepukan kebanggaan yang diselimuti bahagia menyeruak menghangatkan suasan pagi itu. Semua siswa bahagia dengan kembalinya sang Juara ke sekolah mereka.
Air mata bahagia masih melekat di kelopak mata Saghirah. “Terima kasih tak terhingga untuk Kak Rahmat, Andy serta staf Osisnya, seluruh jajaran guru yang sangat Ira cintai, Erni dan rekan-rekan. Terima kasih juga yang sebesar-besarnya atas kerja keras teman-teman semua. Ira takkan bisa seperti ini tanpa kalian semua.” Begitulah sekelumit sambutan dari Saghirah yang mendadak menjadi pusat perhatian.
Hari-hari selanjutnya Saghirah dapat kembali sekolah dengan tenangnya. Seminggu kemudian Kepala Sekolah diganti, karena Kepala Sekolah yang lama menjadi tersangka korupsi dana Olimpiade tahun lalu. Dan, namanya juga telah didaftarkan untuk ikut olimpiade tingkat Nasional tahun depan. Luar biasa. “Ira, engkau bidadari kecil yang selalu mengajarkan ibu untuk tegar. Kau telah membuat ikon baru dalam kehidupan ibu dan teman-temanmu. Lihatlah disana, mereka semua mengikuti gaya baikmu. Mereka semua memakai kerudung dan baju yang sopan dan menjadi wanita shalehah yang tegar sepertimu. Nak, ibu bangga denganmu… 
Ikuti link ini jika anda suka : http://nomor1.com/leonmu112  atau  http://goo.gl/v2pnmN

Naluri Penyembuhan Diri Dalam Menanggulangi Stress

Naluri Penyembuhan Diri Dalam Menanggulangi Stress Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Apabila kita kembali menengok kehidupan jaman dulu, kita akan dapati sebuah bentuk kehidupan yang sangat sederhana dengan rutinitas sehari-hari yang sama: mencari makan, memasak, membuat api unggun, berkelompok mendengarkan cerita. Sehingga pada saat itu, kita hanya mengenal satu jenis stres saja, yaitu stres yang menyangkut masalah hidup atau mati, misalnya bencana kelaparan, bencana alam, atau wabah penyakit.
Namun sekarang kita menghadapi kehidupan yang sungguh sangat berbeda dipenuhi stres setiap hari. Kesehatan badan, pikiran dan jiwa selalu dipengaruhi oleh trauma, kekerasan, cuaca, pola makan, lingkungan alam, laporan berita, pekerjaan, alat komunikasi, jadwal, lalu lintas yang macet, dan tantangan hidup sehari-hari yang benar-benar membuat kita membagi energi dan perhatian yang besar. Hal ini sering membuat kita mengalami ‘kelelahan’ fisik dan mental serta mengabaikan kesejahteraan diri kita sendiri maupun orang-orang yang dekat dengan kita tanpa disengaja.
Stres adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari yang tidak bisa kita hindari, dan jujur saja, stres itu tidak menyenangkan. Bahkan sebagian besar orang tidak menyadari bahwa betapa tidak sehatnya stres bagi tubuh dan mental kita, dan betapa stres akan membuat tubuh kita cepat menua dan mudah sakit. Bahkan menurut Laura Silva Quesada, presiden dari the Silva Method of Mind Control (www.silvamethod.com.my) sekarang stres menjadi pencetus penyakit kronis sampai sebesar 90%.
Keadaan yang tidak nyaman yang membuat kita cemas, kuatir, marah, dan emosional menghasilkan hormon-hormon pencetus stres. Salah satunya adalah hormon kortisol. Menurut Dr. Mehmet Oz, M.D.,dokter yang paling popular di Amerika dan sering muncul dalam the Oprah Show, kortisol menyebabkan meningkatnya gula darah dan menyebabkan diabetes tipe II, serta menghambat biokimia tubuh kita dalam melindungi daya imun tubuh, sehingga stres menyebabkan peradangan/inflamasi, menurunkan daya imun tubuh, dan menyebabkan munculnya penyakit-penyakit kronis. Malahan stres sekarang ini disebut sebagai faktor pemicu sel kanker. Karena itulah stres disebut juga ‘‘the silent killer”.
Bagaimanapun stres tetap menjadi bagian dari kehidupan kita, akan tetapi kita bisa membatasi keberadaannya dalam keseharian. Perlu kita ketahui, stres bukanlah sesuatu yang buruk bila kita mampu menanggulanginya, karena stres juga dibutuhkan dalam hidup kita untuk menjadi lebih kreatif, kuat, dan memperbanyak proses pembelajaran dalam kehidupan kita. Yang penting adalah sikap kita dalam menghadapi stres dan bagaimana cara menghadapinya.
Pandangan Sains Timur Tentang Stres Pandangan dari dunia sains barat ketika seseorang mengalami gangguan fisik maupun emosi berbeda dengan pandangan dari dunia sains timur. Bagi dunia sains timur, untuk menjadi sehat dan mencapai hidup yang sejahtera, perlu terjadi pola keselarasan energi pada raga-pikiran-jiwa secara terpadu (holistik). Jika energi di dalam tubuh mengalir dengan lancar tanpa hambatan melalui aliran dan pusat energi, maka kita akan mendapat kesehatan yang baik, keseimbangan emosi, mental yang jernih, dan kesejahteraan yang menyeluruh.
Pada saat kita mengalami gangguan pada emosi kita, maka energi di dalam tubuh kita juga mengalami gangguan dan terjadi “sumbatan-sumbatan” yang menyebabkan kita merasa nyeri di bagian tubuh tertentu di mana terjadi penyumbatan jalur energy, atau kita mengalami keadaan yang disebut ‘sakit’. Untuk mengatasi sumbatan-sumbatan pada jalur energi ini, kita perlu mempraktikkan cara-cara dan praktik holistik yang akan membuka sumbatan-sumbatan tersebut dan untuk pemulihan energi, sehingga bisa terjadi penyembuhan secara alami. Praktik-praktik ini biasanya berupa pijatan (totok tubuh, pijat refleksi, akupresur), olah nafas/pranayama, gerakan lembut (taichi, chikung, yoga, tarian), sentuhan energy (prana, reiki), meditasi, terapi ketawa, bahkan visualisasi.
Orang yang teratur pijat misalnya, mempunyai otot yang lentur dan tubuh serta pikiran lebih rileks. Hal ini akan mempengaruhi tekanan darah dan tingkat stres. Orang yang gemar olah lembut, akan memiliki otot yang lentur dan pola nafas yang teratur sehingga juga mempengaruhi sirkulasi dan kesehatan jantung. Orang yang teratur olah nafas atau meditasi, akan mempunyai pikiran yang tenang dan tidak mudah emosi, sehingga dalam menghadapi masa sulit, akan bisa mengatasi dengan lebih baik. Praktik-praktik ini menyebabkan tubuh menghasilkan hormon gembira secara instan, salah satunya adalah endorfin, yang meningkatkan rasa gembira, mengurangi stres, dan mengurangi rasa nyeri.
Naluri Penyembuhan Alami Menurut para ahli kesehatan, otak manusia terdiri dari bagian “kognitif/teori” yang tugasnya mengatur bahasa dan pemikiran abstrak, dan bagian otak yang disebut “limbik/emosi” yang tugasnya mengatur emosi dan naluri yang mengontrol perilaku. Otak emosi ini mengontrol banyak bagian fisiologi tubuh, reaksi otonomi dan kesejahteraan secara psikologis.
Menurut teori Dr. David Servan-Schreiber, M.D., Ph.D, seorang psikiater terkemuka, otak emosi berisi mekanisme alami untuk penyembuhan diri sendiri atau disebut “naluri penyembuhan alami/instinct to heal”. Naluri penyembuhan alami ini adalah naluri kemampuan penyembuhan diri yang ada pada setiap orang untuk menemukan keseimbangan dan kesejahteraan di dalam tubuh, pikiran dan jiwa, yang akan diperoleh secara maksimal apabila diprogram ulang. Salah satunya dengan menggunakan cara-cara yang telah dipraktikkan secara turun temurun di beberapa negara di Asia termasuk di Indonesia, yang bisa membantu kita untuk hidup dengan lebih damai meskipun banyak tantangan di sekitar kita. Cara-cara ini berupa praktik-praktik mudah melalui tubuh (body-mind practices), yaitu melalui gerakan, sentuhan, pernafasan, visualisasi maupun pemijatan, dan bisa digunakan ketika kita merasa lelah, bingung atau mengalami tekanan jiwa.
Dalam bukunya yang berjudul “The Instinct to Heal – Curing Depression, Anxiety, and Stress Without Drugs and Without Talk Therapy”, David Servan-Schreiber, menuliskan bahwa kelainan emosional adalah akibat dari bagian otak emosi yang tidak berfungsi. Tugas utama dari upaya penyembuhan adalah untuk memprogram kembali bagian otak ini untuk mengadaptasi situasi saat ini dan tidak bereaksi terhadap kejadian yang sudah lalu lagi. Ketika Dr. Servan-Schreiber melawat ke Tibet, beliau melihat praktik-praktik holistik setempat yang berhasil membantu orang-orang yang mengalami masalah penyakit kronis dan juga masalah yang menyangkut emosi. Dalam bukunya, Schreiber berpendapat bahwa pada umumnya akan lebih efektif untuk menggunakan cara penyembuhan melalui badan yang akan mempengaruhi otak emosi secara langsung daripada menggunakan cara penyembuhan yang menggunakan bahasa dan penalaran, di mana bagian otak emosi ini tidak bisa menerima/mengerti. Cara yang sering dipakai untuk mengatasi stres, trauma, atau depresi biasanya melalui psikoterapi kognitif dan pemakaian obat-obatan, akan tetapi sering kali kedua cara tersebut dirasakan kurang berhasil. Pada masyarakat tradisional, cara-cara ini kadang-kadang kurang bisa diterima.
Dr. Patricia Mathes Cane telah mempraktikkan terapi-terapi melalui tubuh dalam praktik holistik di puluhan negara yang mengalami trauma masal akibat perang dan kekerasan (Rwanda, Nikaragua, Timor Leste, Irlandia, dan beberapa negara lainnya) melalui jaringan solidaritasnya yang diberi nama ‘Capacitar’. Kata Capacitar berasal dari bahasa Spanyol yang yang arti dalam bahasa Inggrisnya ‘to empower’, memberdayakan naluri penyembuhan diri dalam menghadapi tantangan hidup yang berat. Hasil yang dicapai Capacitar melalui teknik-teknik relaksasi sederhana melalui tubuh (body-mind practices) sungguh menakjubkan dan telah banyak menolong masyarakat akar rumput yang mengalami stres traumatik akibat kemiskinan, kekerasan, maupun pertikaian yang melanda di negara mereka (www.capacitar.org).
Cara-cara praktik holistik melalui badan, bisa digunakan untuk kita semua dengan mudah dilakukan dan biaya yang sangat murah, bahkan ada yang sama sekali tidak membutuhkan biaya. Yang menjadi tantangan adalah menjadikan praktik-praktik ini dalam kehidupan sehari-hari kita sampai menjadi suatu rutinitas dan bisa otomatis dilakukan dan membantu ketika kita merasa lelah, bingung atau mengalami stres dan depresi.
Kunci dari cara ini adalah adanya “naluri” di dalam diri setiap mahluk hidup untuk kembali kepada keselarasan dan keutuhan. Penyembuhan atau healing terjadi melalui pelepasan dari energi yang pada awalnya mengalami penyumbatan dan kemudian melancarkan kembali aliran energi ini. Dengan aliran energi yang sudah diperbaharui, seseorang akan kembali selaras dan harmonis. Praktik-praktik ini dimasukkan ke dalam ilmu pengetahuan populer, dan telah diadopsi di rumah sakit-rumah sakit besar di Amerika Serikat.
Melakukan praktik-praktik holistik secara teratur akan membantu mengurangi gejala ketegangan mental yang muncul dengan gejala simptomatis seperti: sakit kepala, sakit badan, kelainan di lambung, diare, insomnia, kecemasan, dan rasa lelah kronis. Selain itu juga mempraktikkannya secara teratur dan menjadikannya bagian rutinitas dalam kehidupan akan menjadikan ‘katarsis/pelepasan emosi’ yang akan membuat seseorang lebih merasa nyaman dan lega.
Bila Anda sering mengalami gangguan insomnia, sakit kepala, masalah pencernaan yang tidak kunjung sembuh, tidak ada salahnya Anda bisa mencoba pijat refleksi, atau latihan pranayama di pagi hari, atau juga meditasi secara teratur. Siapa tahu, praktik-praktik sederhana ini bisa membantu menyehatkan Anda.
* Emmy Liana Dewi, certified Laughter Yoga Coach, pembicara Trauma Healing untuk Capacitar Indonesia, bisa dihubungi langsung di esuhendro@yahoo.com
Suka dgn tulian ini klik : http://nomor1.com/leonmu112  atau  http://goo.gl/v2pnmN

Monday, December 29, 2014

Makna Ekaristi Kudus


Dalam ajaran yang menakjubkan ini, Allah dan Bunda Maria mengajarkan kepada kita bagaimana berdoa Rosario dengan segenap hati, merenungkan dan menikmati setiap saat ketika kita bertemu dengan Allah dan Bunda Maria. Mereka juga memberi petunjuk bagaimana melakukan pengakuan dosa yang baik, dan catatan ini mengajarkan apa yang sesungguhnya terjadi selama Misa Kudus dan bagaimana kita menghayati dengan segenap hati dan jiwa.
Ini adalah kesaksian yang harus dan ingin saya kabarkan ke seluruh dunia, untuk lebih memuliakan Allah dan untuk keselamatan bagi seluruh jiwa yang ingin membuka hati mereka bagi Allah, dan juga mengobarkan kembali cinta para hambaNya yang diberi wewenang untuk memberitakan Allah ke dunia. Dan juga untuk menyadarkan mereka yang selama ini menghadiri Misa Kudus hanya sebagai rutinitas dan kewajiban agama belaka sehingga mereka dapat menyadari keindahan pertemuan dengan Tuhan Yesus melalui mukjizat terbesar di dalam merayakan Ekaristi Kudus.
Ketika saya tiba di gereja, dengan sedikit terlambat, Imam telah keluar dari sakristi dan sedang berjalan menuju altar. Saya melihat Bunda Maria dan dengan suaranya yang lembut serta halus, semanis jiwaNya berkata:
“Hari ini adalah hari pelajaran bagimu. Saya ingin kamu memberikan perhatian besar untuk apa yang akan kamu saksikan hari ini. Dan apapun yang terjadi harus kamu bagikan kepada semua orang.”
Aku sangat tersentuh oleh kalimat ini tanpa mengetahui mengapa begitu. Tetapi aku berusaha untuk benar- benar memperhatikannya.
Pertama, yang kurasakan adalah adanya suara dari sebuah paduan suara yang sangat merdu dan indah sekali, yang terdengar seolah di kejauhan. Untuk beberapa saat kemudian, suara koor dan musik itu semakin dekat dan kemudian ia menjauh lagi seperti suara angin lalu.
Kemudian Imam memulai Misa Kudus dan saat tiba pada Liturgi Tobat, Bunda Maria berkata :
“Dari lubuk hatimu yang terdalam, mohon kepada Allah untuk mengampuni kesalahanmu yang telah menyakitiNya. Dengan demikian, kamu dapat secara layak turut ambil bagian dalam Misa Kudus yang istimewa ini.”
Karena tadi malam saya baru menerima sakramen pengakuan dosa, sejenak terlintas dalam pikiran, bahwa saya pasti sudah bersih dan berada dalam kemuliaan Allah.
Tetapi Bunda Maria berbicara lagi:
“Apakah kamu mengira bahwa sejak tadi malam kamu tidak menyakiti hati Allah? Biarlah saya mengingatkan kamu akan beberapa hal. Ketika kamu pergi menuju kemari, anak gadis yang telah membantumu mendekati kamu untuk meminta sesuatu, tetapi karena kamu merasa sudah terlambat dan tergesa-gesa, maka kamu tidak menjawabnya dengan sopan. Kamu kurang berkurban dan kamu berpikir bahwa hal itu tidak menyakiti hati Allah?
Dan ketika dalam perjalanan ke sini, sebuah bis memotong jalanmu, hingga hampir menabrak dirimu. Bukannya kamu mendoakan dia dan terus mempersiapkan dirimu bagi Misa Kudus ini tetapi kamu malah mengeluarkan kata-kata yang kurang baik kepada supir bis itu. Kamu telah gagal dalam hal kemurahan hati dan kamu kehilangan damai dan kesabaranmu. Dan kamu tetap mengatakan bahwa kamu tidak melukai hati Allah?
Kamu datang pada saat perarakan imam telah keluar dari sakresti, dan kamu langsung mengikuti Misa Kudus ini tanpa persiapan diri sebelumnya?”
Saya menjawab: “Baiklah Bundaku, jangan katakan lagi, saya bisa mati karena sedih dan malu.
1. LITURGI TOBAT
Bunda Maria berkata:
“Mengapa kamu sampai di sini pada saat-saat terakhir sebelum Misa Kudus dimulai? Kamu seharusnya tiba lebih awal supaya dapat berdoa dan mohon kepada Allah untuk mengirimkan Roh Kudus yang memberi damai, yang menyucikan, yang menghapus kekhawatiran dan masalah, dan yang menghibur kamu sehingga memungkinkan kamu berada dalam kesucian. Tetapi kamu tiba saat Misa Kudus sudah dimulai, seolah-olah itu hanyalah peristiwa biasa, tanpa mempersiapkan hati.
Mengapa? Ini adalah mukjizat yang terbesar, dan kamu akan mengalami saat Allah Yang Maha Tinggi memberikan cintaNya yang terbesar bagi manusia, tetapi kamu tidak tahu bagaimana cara menghargai dan menghormatiNya.”
Saya merasa bersalah sekali sehingga saya meminta lebih dari sekedar pengampunan dosa dari Allah. Tidak hanya untuk pelanggaran yang saya perbuat hari ini, tetapi juga untuk hari-hari sebelumnya. Juga untuk saat-saat di waktu saya tidak tahu atau menolak untuk mengikuti Misa Kudus dengan hormat, juga untuk saat-saat di waktu jiwaku berada dalam dosa, namun saya tetap berani mengambil bagian dalam Misa Kudus.
2. KEMULIAAN
Tiba pada saat Kemuliaan, saat lagu dinyanyikan, Bunda Maria berkata:
“Muliakanlah Allah Tri Tunggal Maha Kudus dengan segenap hati dan cintamu dengan kesadaran bahwa engkau adalah ciptaanNya.”
Alangkah bedanya Kemuliaan saat itu! Tiba-tiba saya melihat diriku berada di suatu tempat yang penuh dengan cahaya, sebuah kemuliaan hadir dari Tahta Allah. Dengan kasih yang amat besar saya terus bersyukur kepadaNya, sambil berdoa :
“Demi kemuliaanMu yang besar kami memuliakan Engkau, kami bersyukur kepadaMu, Allah, Tuhan, Raja surgawi, Allah yang Maha Kuasa.” Dan saya melihat gambaran Allah Bapa yang penuh dengan kebaikan.
Dan saat saya mengucapkan : “Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal, Tuhan Allah, Anak Domba Allah, Engkau yang menghapus dosa dunia….” Saya melihat Tuhan Yesus berdiri di hadapanku, dengan wajah penuh kelembutan dan pengampunan.
Saya menjadi gemetar karena suasana yang menggetarkan itu.
Saya berdoa: ”Ya Allah, jauhkanlah saya dari roh jahat. Hatiku milikMu ya Allah. Berilah saya damaiMu sehingga saya dapat menerima rahmat terindah dari Ekaristi agar hidupku menghasilkan buah yang terbaik. Roh Allah yang Kudus, ubahlah, sertai dan bimbinglah aku. Ya Allah, berikanlah rahmatMu sehingga aku dapat berkelakuan baik.
3. LITURGI SABDA
Saat akan memasuki Liturgi Sabda, Bunda Maria mengajak saya mengulangi kata-kata yang diucapkanNya, “Ya Allah, hari ini saya ingin mendengar sabdaMu dan menghasilkan buah yang berlimpah. Semoga Roh Kudus menyucikan lubuk hatiku, supaya perkataanMu tumbuh dan berkembang serta sucikan hatiku sehingga dapat berkelakuan baik.”
Bunda Maria berkata :
“Saya minta kamu menyimak bacaan dan seluruh khotbah Iman. Ingatlah yang dikatakan dalam Kitab Suci bahwa perkataan Allah tidak akan kembali tanpa menghasilkan buah. Jika kamu menyimak, sesuatu dari semua yang kamu dengar akan berkesan dan tinggal dalam hatimu. Kamu harus berusaha mengingatnya sepanjang hari. Terkadang mungkin hanya 2 ayat atau mungkin satu perikop, atau mungkin hanya 1 kata. Hayati dan renungkanlah itu sepanjang hari, biarkan Firman tersebut akan menjadi bagian darimu, karena dengan cara itu, Firman Allah akan mengubah hidupmu.
Dan sekarang katakan kepada Allah bahwa kamu di sini untuk mendengarkan dan mengharapkan Dia berbicara langsung ke dalam hatimu.”
Sekali lagi saya bersyukur kepada Tuhan karena sudah memberi saya kesempatan untuk mendengarkan perkataanNya. Dan saya mohon pengampunanNya untuk kekerasan hati saya selama beberapa tahun ini dan karena untuk pengajaran yang salah kepada anak-anakku karena selama ini saya tekankan kepada mereka untuk pergi menghadiri Misa pada hari Minggu hanya karena upacara yang diwajibkan gereja, dan bukannya karena cinta dan kebutuhan untuk bertemu dengan Allah.
Saya sudah menghadiri begitu banyak perayaan Ekaristi, yang umumnya karena kewajiban semata, dan dengan menjalankan kewajiban itu, saya merasa sudah diselamatkan. Saya tidak hidup di dalamnya, tidak memperhatikan bacaan ataupun khotbah Imam.
Saya merasa begitu banyak kesedihan karena selama bertahun-tahun saya tidak peduli pada makna perayaan Ekaristi. Betapa palsunya kehadiran kita dalam Misa ketika kita pergi dengan tujuan hanya untuk seseorang yang menikah, Misa pemakaman atau sekedar perlu dilihat orang bahwa kita pergi ke gereja. Betapa banyak ketidakpedulian kita terhadap gereja dan Sakramen-sakramen. Betapa banyak kesia-siaan yang kita perbuat demi kesenangan pribadi/duniawi, mengejar sesuatu yang fana, yang akan hilang dan membuat hidup kita yang singkat ini tidak berarti.
4. LITURGI PERSEMBAHAN
Kemudian, saat Liturgi Persembahan, Bunda Maria berkata :
“Berdoalah seperti ini :
Ya Allah, saya serahkan diriku, seluruh kemampuanku. Saya serahkan ke dalam tanganMu. Kembangkanlah ya Allah, sedikit yang ada padaku ini, bersama dengan kurban PutraMu. Ubahlah aku. Allah Yang Maha Kuasa, dalam doa yang sederhana ini, saya berdoa untuk keluargaku, mereka yang menolongku, setiap anggota gereja, mereka yang memusuhi kami dan juga mereka yang menyombongkan diri. Ajarkan aku kerendahan hati untuk berdoa bagi mereka supaya perjalanan mereka tidak berat.
Ini doa para kudus dan Aku mau kamu semua juga melakukannya.”
Yesus menghendaki agar kita berdoa dengan kerendahan hati yang tulus, dan itu akan meringankan setiap penderitaan kita.
Tiba-tiba beberapa karakter yang belum pernah saya lihat sebelumnya, mulai berdiri. Mereka muncul dari samping setiap orang yang yang hadir di Misa itu. Dalam waktu singkat, gereja penuh dengan orang-orang muda yang rupawan. Mereka memakai jubah yang sangat putih, mulai bergerak ke tengah dan kemudian berjalan menuju altar.
Bunda Maria berkata :
“Amatilah! Mereka adalah malaikat pelindung dari setiap orang yang hadir di sini. Ini adalah saat di mana malaikat pelindungmu membawa persembahan dan permohonanmu di hadapan altar Allah.”
Saat ini, saya benar-benar takjub karena semuanya berwajah rupawan dan begitu bercahaya, hingga sulit untuk menggambarkannya. Paras mereka begitu anggun, nyaris bermuka feminim, tetapi struktur tubuh, tangan dan tinggi mereka terlihat maskulin. Mereka melayang dan kaki telanjang mereka tidak menyentuh lantai. Sungguh suatu prosesi yang sangat indah.
Beberapa dari malaikat itu membawa mangkuk emas dengan sesuatu yang bersinar putih keemasan. Bunda Maria berkata :
“Mereka adalah malaikat pelindung dari setiap orang yang mempersembahkan Misa Kudus ini dengan sepenuh hati, orang-orang yang sadar akan maksud dari perayaan ini. Mereka punya sesuatu yang ingin dipersembahkan kepada Allah.
Saat ini, serahkanlah dirimu, semua penderitaan, kepedihan, harapan, kesedihan, kebahagiaan dan permohonanmu, ingatlah, Misa Kudus memiliki nilai yang tidak tertandingi. Oleh karena itu, bermurah hatilah dalam persembahan dan permohonan.”
Di belakang kelompok malaikat yang pertama, datang malaikat lainnya dengan tidak membawa apapun di tangan mereka, Bunda Maria berkata :
“Mereka adalah malaikat pelindung dari orang-orang yang datang tapi tidak pernah mempersembahkan apapun. Mereka tidak memiliki ketertarikan pada setiap liturgi dalam Misa Kudus dan tidak punya persembahan untuk di bawa ke altar Tuhan.”
Di akhir perarakan, datang malaikat lain yang terlihat agak sedih dengan tangan ditangkupkan dalam doa namun dengan tatapan mata yang hampa. Bunda Maria berkata :
“Mereka adalah malaikat pelindung dari orang-orang yang ada di sini, tetapi sebenarnya tidak ingin berada di sini, mereka yang terpaksa untuk datang, yang hanya menjalankan kewajiban tanpa ada keinginan untuk ambil bagian dalam Misa Kudus. Para malaikat berjalan ke depan dengan muka sedih karena mereka tidak memiliki apapun untuk dibawa ke altar salain dari doa-doa mereka sendiri.
Jangan membuat sedih malaikat pelindungmu, mintalah pengampunan bagi para pendosa, untuk perdamaian dunia, untuk keluarga dan tetangga, juga untuk mereka yang meminta bantuan doamu. Mintalah, tidak hanya untuk dirimu sendiri tetapi juga untuk orang lain.
Ingatlah bahwa persembahan yang paling menyenangkan Bapa adalah ketika kamu menyerahkan diri sendiri yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus melalui pengorbananNya. Apa yang harus dipersembahkan kepada Bapa? Kerendahan hati dan dosa-dosa kalian. Namun, persembahkanlah seluruhnya bersama dengan pengurbanan Tuhan Yesus.”
Saat perarakan terlihat sangat indah sehingga sulit untuk membandingkan dengan yang lain. Semua mahluk surgawi itu membungkuk di depan altar, beberapa dari mereka, meninggalkan persembahan mereka di lantai, yang lain berlutut dengan kening nyaris menyentuh lantai. Dan secepat mereka tiba di altar, demikian pula mereka lenyap dari pandangan.
5. DOA SYUKUR AGUNG
Tibalah saat terakhir dari Doa Syukur Agung, dan ketika umat berseru: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan….” Tiba-tiba segala sesuatu yang awalnya berada di belakang Imam menghilang. Di sebelah kiri Imam yang memimpin Misa, muncul ribuan malaikat dalam bentuk barisan diagonal, ada malaikat kecil maupun besar, malaikat bersayap besar maupun yang bersayap kecil serta malaikat tanpa bersayap. Mereka mengenakan jubah putih seperti yang biasa dipakai Imam atau putra altar.
Semua malaikat berlutut dengan tangan ditangkupkan dalam doa dan mereka menundukkan kepala dengan sangat hormat. Terdengar musik yang sangat indah seolah terdiri dari banyak paduan suara dengan vokal yang berbeda-beda, semua bernyanyi menyatu bersama umat: kudus, kudus, kuduslah Tuhan……
Di sebelah kanan belakang Imam, muncul orang-orang yang berbaris diagonal. Mereka mengenakan jubah yang sama tetapi dengan warna-warna pastel yang lembut seperti merah, hijau, biru muda, kuning, ungu. Wajah mereka berseri dan penuh bahagia.
Mereka terlihat seperti seumuran, namun sebetulnya mereka adalah orang-orang yang berbeda usia, tetapi wajah mereka terlihat sama, tanpa kerutan dan terlihat bahagia. Mereka semua berlutut dan bernyanyi: kudus, kudus, kuduslah Tuhan……
Bunda Maria berkata :
"Mereka adalah santo dan santa, diantara mereka juga ada kerabat-kerabatmu yang telah menikmati kehadiran Allah.”
Kemudian saya melihat Bunda Maria tepat di sebelah kanan Imam, tetapi selangkah di belakangnya. Ia melayang di atas lantai, berlutut dengan nyaman, tembus pandang tapi pada saat yang sama, bercahaya seperti air yang samar-samar. Bunda Maria dengan tangan ditangkupkan terlihat menyimak dengan penuh hormat pada Imam. Dia berbicara pada saya dari sana, tetapi dalam keheningan, langsung ke hati tanpa melihat saya.
“Tentu sangat mengejutkan melihat Aku berdiri sedikit dibelakang Imam? Inilah yang seharusnya terjadi. Dengan seluruh cinta yang diberikan PutraKu kepadaKu, Ia tidak memberikan kemuliaan padaKu seperti yang diberikanNya kepada para Imam saat mereka mempersembahkan keajaiban dalam Misa melalui tangan-tangan mereka. Oleh sebab itu, aku menghormati para Imam atas keajaiban yang Allah lakukan melalui mereka, yang mengharuskan aku berlutut di sini, di belakang mereka.”
Ya Allah , betapa banyak kemuliaan, kasih karunia yang Engkau curahkan melalui jiwa para Imam, yang kita maupun mungkin beberapa diantara para Imam itu sendiri tidak menyadarinya.
Di depan altar, hadir beberapa bayangan orang berwarna abu-abu dengan tangan terangkat. Bunda Maria berkata :
“Mereka adalah jiwa-jiwa yang berada di api pencucian, yang menantikan doa-doamu untuk diselamatkan. Jangan berhenti berdoa untuk mereka. Mereka berdoa untukmu tetapi tidak dapat berdoa untuk diri mereka sendiri. Kamulah yang harus mendoakannya untuk menolong mereka naik ke surga dan tinggal bersama Allah Bapa selamanya.
Sekarang kamu dapat melihat bahwa Aku selalu berada di sini setiap saat. Orang-orang pergi ke tempat di mana Aku menampakkan diri. Itu baik karena mereka akan menerima rahmatnya. Namun Aku selalu hadir pada saat Misa Kudus. Kamu akan selalu dapat menemukan Aku di kaki altar di mana Ekaristi kudus dirayakan. Di bawah kaki Tabernakel, Aku akan selalu di sana bersama dengan para malaikat karena Aku selalu bersama dengan Allah.”
Melihat paras Bunda Maria pada saat berkata : Kudus, kudus, kudus…..seperti yang lain, dengan wajah berseri, dengan tangan ditangkupkan, menanti keajaiban yang selalu berulang seperti yang berlangsung di surga. Membayangkan bahwa pada saat itu ada orang yang sedang sibuk berbicara, atau asal saja memberi hormat kepada Allah, membuat hati saya sakit.
Bunda Maria berkata :
“Katakan kepada semua orang bahwa tidak ada hal yang lebih tinggi kecuali ketika dia berlutut di hadapan Allah.”
Saatnya Imam mengucapkan kata-kata dalam Konsekrasi. Dia adalah pria dengan tinggi normal, tetapi tiba-tiba dia membesar, bercahaya, sinar gaib antara putih dan keemasan melingkupinya dan bersinar lebih terang di sekitar wajahnya. Saya tidak dapat melihat sosoknya. Saat Imam mengangkat Hosti, saya melihat tangannya, dan di belakangnya ada semacam tanda yang mengeluarkan cahaya yang sangat kuat.
Ternyata itu adalah Tuhan Yesus! Tuhan Yesus mendekap Imam dengan kasihNya. Tuhan Yesus memakai tangan Imam untuk mengangkat Hosti. Saat itu juga Hosti terlihat semakin membesar dan di tengahnya nampak wajah Yesus yang menakjubkan sedang memandang umatNya.
Secara naluriah, saya imgin menundukkan kepala, tetapi Bunda Maria berkata :
“Jangan menunduk. Lihatlah Yesus dan renungkanlah. Pandangilah terus dan ucapkanlah doa : Ya Tuhan, saya mengimani, saya mengagumi, saya percaya dan saya mencintaiMu. Saya mohon pengampunan bagi mereka yang tidak mengimani, tidak mengagumi, tidak percaya dan tidak mencintaiMu. Mohon pengampunan dan belas kasih.” Sekarang, katakan seberapa besar cintamu padaNya dan beri penghormatan bagi Raja segala Raja.
Saya ucapkan doa itu dan melalui Hosti yang telah membesar, Yesus memandang saya dengan penuh cinta yang sempurna. Saya sadari bahwa dengan cara inilah Yesus juga memandang orang yang dikasihiNya. Setelah itu saya tundukkan kepala hingga kening menyentuh lantai seperti yang dilakukan oleh para malaikat dan semua orang kudus. Sejenak saya terpukau, bagaimana Yesus mengambil tempat di tubuh Imam namun pada saat yang sama Dia juga berada dalam Hosti. Saat Hosti diturunkan, saya melihat kembali Imam yang berada di altar dan Hosti kembali ke ukuran semula. Air mata di pipi saya dan saya tidak sanggup membendung rasa kekagumanku.
Kemudian saat Imam mengucapkan kata-kata konsekrasi untuk anggur, dari belakangnya muncul suatu cahaya dari surga, lalu dinding dan atap gereja menghilang. Semua menjadi gelap kecuali cahaya yang luar biasa dari altar.
Tiba-tiba saya melihat Yesus yang tersalib hanya dari bagian kepala hingga dada bagian bawah. Kayu salib menggantung di udara dan ditopang oleh sesuatu yang besar/tangan yang kuat. Dari cahaya yang mengagumkan itu, sebuat sinar kecil yang sangat berkilau dengan wujud burung merpati, muncul dan terbang mengelilingi gereja. Kemudian merpati itu hinggap di pundak sebelah kiri Imam yang kemudian berubah menjadi Yesus karena saya mengenali rambutNya yang panjang. Lukanya yang bersinar, dan tubuhNya yang besar, tetapi saya tidak dapat melihat wajahNya.
Saat tergantung di salib, kepala Yesus tertunduk lemas mengarah ke bahu sebelah kanan. Saya dapat memandangi wajahNya, tanganNya yang penuh luka dan dagingNya yang hancur. Di dada sebelah kanan terdapat luka dan darah memancar ke luar ke segala arah, terlihat seperti air, tetapi sangat bercahaya seperti kilatan cahaya yang bergerak ke kanan dan ke kiri menuju orang-orang yang beriman. Saya takjub dengan banyaknya darah yang keluar dari piala, saya pikir akan meluap dan mengenai altar, ternyata tidak ada setetespun yang tumpah.
Saat itu Bunda Maria berkata :
“Ini adalah keajaiban dari segala keajaiban. Saya sudah katakan sebelumnya bahwa Allah tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Karenanya, pada saat konsekrasi, seluruh umat dibawa secara langsung dalam peristiwa penyaliban Yesus Kristus.”
Dapatkah setiap orang membayangkan? Mata jasmani memang tidak bisa melihat, tetapi kita semua ternyata berada juga di sana pada saat mereka menyalibkan Yesus. Dan Yesus meminta pengampunan kepada Bapa bukan hanya bagi mereka yang telah membunuhNya, tetapi juga bagi setiap dosa yang kita perbuat. “Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”
Sejak hari itu, saya tidak peduli jika dunia berpikir kalau saya gila, saya minta setiap orang untuk berlutut dan merenungkan dengan hati dan dengan seluruh kemampuan yang ada, untuk keistimewaan yang telah Tuhan berikan bagi kita.
6. BAPA KAMI
Ketika kami mulai berdoa Bapa Kami. Tuhan Yesus berbicara untuk pertama kalinya selama perayaan Ekaristi :
“Tunggu, AKU minta kamu berdoa dengan sungguh-sungguh dari lubuk hatimu yang paling dalam. Pada kesempatan ini, ingatlah orang-orang yang telah menyakiti hidupmu, lalu bawalah mereka ke dalam pelukanmu dan katakan dengan sepenuh hatimu :
Di dalam nama Tuhan Yesus, saya mengampunimu dan semoga damai Tuhan ada padamu. Dalam nama Tuhan Yesus, saya minta maaf padamu dan kedamaian ada padaku. Jika orang itu pantas menerima damai, maka dia akan menerimanya dan merasa lebih baik karenanya. Tetapi jika orang itu tidak dapat terbuka untuk menerima damai itu, maka damai itu akan kembali ke dalam hatimu.
Tetapi AKU tidak berkenan jika kamu hendak menerima ataupun menawarkan damai namun kamu tidak dapat terlebih dahulu memaafkan dan merasakan damai di dalam hatimu.”
Tuhan Yesus melanjutkan :
“Berhati-hatilah dalam bertindak. Kamu mengulang di dalam doa Bapa Kami: ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami.Jika kamu dapat sungguh mengampuni, bukannya melupakan, kamu berada dalam pengampunan Tuhan. Kamu berkata kepada sesama: kamu memaafkan saya hanya jika saya dapat memaafkanmu, tidak lebih.”
Saya tidak tahu bagaimana menjelaskan kesedihan hati saya setelah menyadari betapa banyak hal yang kita lakukan telah melukai hati Allah. Dan juga betapa kita dapat menyakiti diri kita sendiri dengan menyimpan begitu banyak dendam, sakit hati, tidak menghargai segala sesuatu karena prasangka kita sendiri dan mudah tersinggung. Saya memaafkan dari lubuk hati dan memohon maaf kepada semua orang yang pernah saya lukai, dengan harapan dapat merasakan damai dari Allah.
Kemudian Imam berkata, "Berilah kami damai dan persatuan...Damai Tuhan besertamu." Tiba-tiba, saya melihat beberapa orang saling memeluk dan cayaha yang terang bersinar diantara mereka. Saya tahu itu adalah Yesus dan saya langsung mendapati diri saya sedang memeluk orang yang ada disebelah saya. Saya dapat merasakan pelukan dari Yesus sendiri melalui cahaya itu, memberikan damaiNya karena pada saat itu saya dapat memaafkan dan membuang segala kepahitan yang ada di dalam hatiku terhadap orang lain. Itulah saat yang Tuhan Yesus kehendaki, berbagi kegembiraan, memeluk kita dan memberikan damaiNya.
7. KOMUNI
Saat Imam membagikan komuni pun tiba. Dan waktu saya sedang memperhatikan Imam ketika ia mengambil komuni, Bunda Maria berkata:
"Inilah saat berdoa bagi para imam. Ulangi bersama saya : Ya Tuhan, berkatilah, kuduskanlah, bantulah, sucikanlah, cintailah, lindungilah dan semangatilah mereka di dalam cintaMu.
Ingatlah pada semua Imam di seluruh dunia, berdoalah bagi jiwa-jiwa mereka."
Saudara-saudara terkasih, inilah saatnya kita seharusnya berdoa bagi para Imam, karena mereka adalah gereja seperti kita orang awam juga. Sering kali, kita menuntut banyak dari para Imam, tetapi kita tidak berdoa untuk mereka, juga untuk mengerti bahwa mereka juga manusia biasa, untuk memahami dan menghargai kesendirian mereka. Kita seharusnya mengerti bahwa para Imam adalah orang-orang seperti kita juga, yang butuh untuk dimengerti dan diperhatikan. Mereka membutuhkan itu dari kita karena mereka telah memberikan hidupnya bagi setiap orang, seperti yang Yesus lakukan, dengan berkorban bagi Allah dan manusia.
Allah menginginkan seluruh umat untuk berdoa dan membantu para Imam dalam menjalani hidup imamatnya. Suatu hari nanti, ketika kita berada di tempat lain, kita akan mengerti keajaiban yang telah Allah lakukan melalui parai Imam yang dapat membantu menyelamatkan jiwa kita.
Umat mulai meninggalkan bangku untuk menerima komuni. Saat terbaik dalam pertemuan pun tiba. Tuhan Yesus berkata :
"Tunggu sebentar, AKU ingin kamu memperhatikan sesuatu.."
Hal itu membuat saya melihat ke arah orang yang mulai menerima komuni. Yang saya lihat adalah seorang wanita dari anggota kelompok kami yang tadi pagi sebelum mengikuti ke Misa Kudus telah menerima sakramen pengakuan dosa. Saat Imam meletakkan Hosti di atas lidahnya, seberkas sinar putih keemasan menuju orang itu, pertama dari bagian belakang tubuhnya, lalu ke pundak dan kemudian ke kepala. Yesus berkata :
"Inilah saat AKU senang memeluk jiwa yang datang dengan jiwa yang bersih untuk menerima KU."
Nada suara Yesus terdengar sangat bahagia.
Saya heran melihat teman saya kembali ke tempat duduknya dengan dikelilingi cahaya dalam pelukan Tuhan Yesus. Akibat kesalahan kami, baik yang kecil maupun besar, ternyata begitu banyak keajaiban yang terlewatkan saat kita menerima tubuh dan darah Tuhan Yesus, yang seharusnya merupakan suatu perayaan yang agung.
Seringkali kita mencari alasan bahwa tidak ada Imam untuk pengakuan dosa. Bukan masalah ada atau tidaknya kesempatan untuk pengakuan, masalah yang utama adalah mudahnya kita jatuh ke dalam dosa lagi. Kita harus berusaha mencari Imam ketika kita perlu menghilangkan segala kekotoran dosa dari diri kita. Kita tidak boleh lancang menerima Tuhan Yesus dengan hati yang penuh dengan hal-hal yang buruk.
Ketika saya maju untuk menerima komuni , Tuhan Yesus berkata :
"Ekaristi adalah saat kemesraan yang paling dalam dengan AKU. Selama saat penuh kasih itu, AKU membuat suatu tindakan terbaik dari kegilaan yang dilihat manusia, membuat diriKU menjadi tawanan dalam cintaKU, AKU mengadakan Ekaristi. AKU ingin terus tinggal bersamamu sampai akhir zaman karena cintaKU tidak dapat meninggalkanmu seperti anak yatim piatu, kamu yang AKU cintai melebihi hidupKU."
Saya menerima Hosti dengan rasa yang berbeda, seperti campuran darah dan dupa yang melingkupi diriku seluruhnya. Saya merasakan begitu banyak cinta hingga air mata mengalir di pipi tanpa saya mampu menghentikannya.
Ketika saya kembali ke tempat duduk dan berlutut, Tuhan Yesus berkata:
"Dengarkan..."
Sesaat kemudian, saya dapat mendengar doa dari wanita yang duduk di depan saya yang baru saja menerima komuni. Apa yang dikatakannya, tanpa membuka mulutnya, kurang lebih seperti ini :
"Ya Allah, ingatlah bahwa kami sudah berada di akhir bulan dan saya tidak mempunyai uang untuk membayar kontrakan, cicilan mobil dan sekolah anak-anak. Engkau harus melakukan sesuatu untuk menolomg saya. Tolong, supaya suami saya berhenti minum begitu banyak alkohol. Saya tidak tahan lagi melihat betapa sering dia meracuni tubuhnya, dan putra bungsu saya akan tinggal kelas lagi jika Engkau tidak membantunya. Dia akan ujian minggu ini. Dan jangan lupa, tetangga kami yang berencana pindah, biarlah dia cepat pindah. Saya tidak tahan dengan semuanya ini."
Tuhan Yesus berkata dengan nada sedih :
"Kamu menyimak doanya? Tidak sekalipun ia mengatakan bahwa ia mencintai AKU.Tidak sekalipun ia berterima kasih untuk apa yang sudah AKU berikan kepadanya dengan menyerahkan keAllahanKU untuk hidupnya yang papa, untuk mengangkatnya menjadi sejajar dengan AKU. Tidak pernah dia berkata "Terima Kasih Tuhan". Yang ada hanyalah daftar permintaan, yang juga dilakuakan oleh hampir semua orang yang datang untuk menerima AKU.
AKU mati karena cinta dan AKU telah bangkit. Karena cinta, AKU menantikan setiap orang dari kalian dan karena cinta AKU tinggal bersamamu, tetapi kamu tidak menyadari bahwa aku membutuhkan cintamu. Ingatlah, AKU meminta cintamu."
Apakah kita semua menyadari bahwa DIA yang adalah sang cinta, memohon cinta kita dan kita tidak memberikanNya? Di tambah lagi, kita menjauhkan diri dari pertemuan dengan Yang Maha Cinta, dengan cinta yang hanya diberikanNya dalam persembahan kepada Allah selamanya.
8. PENUTUP DAN BERKAT
Ketika Imam mulai memberikan berkat, Bunda Maria berkata:
"Dengan penuh perhatian, kamu melakukan suatu tanda yaitu tanda dari salib. Ingatlah, bahwa berkat itu mungkin menjadi berkat terakhir yang akan kamu terima dari seorang Imam. Kamu tidak tahu kapan akan meninggalkan dunia ini. Kamu juga tidak mengetahui apakah masih punya kesempatan untuk menerima berkat dari Imam yang lain. Tangan-tangan yang telah dikuduskan itu memberikan berkat dalam nama Tri Tunggal Yang Maha Kudus. Oleh karena itu buatlah tanda salib dengan penuh hormat seolah-olah ini adalah yang terakhir dalam hidupmu."
Betapa banyak dari kita melewatkan, baik karena ketidakpahaman ataupun karena tidak ingin ikut serta dalam Misa Kudus harian. Mengapa kita tidak melakukan usaha untuk memulai hari yang baru dengan setengah jam lebih awal mengikuti Misa Kudus dan menerima seluruh berkat yang Allah ingin berikan kepada kita?
Saya menyadari, karena tugas dan tanggung jawab, tidak semua orang bisa menghadiri Misa Kudus harian, tetapi setidaknya 2 atau 3 kali dalam seminggu. Begitu banyak alasan remeh tidak menghadiri Misa Kudus pada hari Minggu. Kita memiliki begitu banyak waktu untuk pergi ke Misa Kudus pada hari Minggu.
Tuhan Yesus meminta saya untuk tinggal bersamaNya beberapa menit lagi setelah Misa selesai.
"Jangan buru-buru pergi setelah Misa selesai. Tinggallah sebentar bersamaKU dan nikmatilah...."
Ketika saya masih anak-anak, saya pernah mendengar seseorang berkata bahwa Allah tinggal bersama kita selama 5 atau 10 menit setelah komuni. Saya bertanya padaNya mengenai hal ini : "Tuhan sesungguhnya berapa lamakah Engkau diam bersama kami setelah komuni?"Saya mengira bahwa Allah mentertawakan kebodohanku. Dia menjawab :
"Sepanjang waktu yang kamu inginkan AKU bersamamu. Jika kamu berbicara padaKU sepanjang hari, mempersembahkan kata-kata dalam pekerjaanmu, AKU akan mendengarmu. AKU selalu bersamamu.
Kamulah yang meninggalkan AKU. Begitu kamu meninggalkan Misa Kudus, kamu beranggapan selesailah kewajibanmu.
Di rumahmu, kamu mempunyai tempat untuk apapun dan ruangan untuk setiap kegiatan. Ruang makan, ruang untuk memasak, ruang tidur, Ruang mana yang kamu buat untuk AKU? Tempat itu bukan tempat di mana kamu hanya membiarkannya menjadi berdebu sepanjang waktu, tetapi tempat di mana kamu hanya 5 menit setiap harinya keluarga berkumpul untuk mengucap syukur atas hari ini dan untuk kehidupan, meminta apa yang kamu butuhkan hari ini, untuk meminta berkat perlindungan dan kesehatan.
Orang merencanakan hari, minggu, semester, liburan dst. Mereka tahu hari apa ingin beristirahat, nonton, ke pesta dan untuk hobi mereka. Berapa banyak keluarga berkata " Ini adalah hari bagi kita datang dan mengunjungi Yesus di Tabernakel dan seluruh keluarga datang untuk bicara dengan AKU?? Berapa banyak yang duduk di depan AKU dan membuat percakapan dengan AKU apa yang mereka butuhkan, menjadikan AKU sebagai bagian dari kehidupan mereka??
AKU tahu segalanya. AKU dapat melihat rahasia yang paling dalam dari hati dan pikiranmu. Tetapi AKU menikmati ceritamu tentang hidupmu, kamu biarkan AKU ikut serta sebagai anggota keluarga, sebagai temanmu yang paling akrab. Oh...betapa banyak rahmat yang dilepaskan manusia dengan tidak memberi tempat bagiKU dalam kehidupan mereka."
Ketika saya tinggal bersamaNya hari itu dan hari-hari lainnya, Tuhan Yesus melanjutkan memberi pengajaranNya. Tuhan Yesus berkata :
"Aku ingin menyelamatkan ciptaanKU karena saat pintu surga terbuka, telah banyak penderitaan. Ingatlah, tidak ada seorang ibu yang memberi makan anaknya dengan tubuhnya sendiri, tetapi aku telah melampaui cinta yang paling sempurna dengan memberikan bukti kepada kamu semua. Ekaristi adalah diriKU sendiri dan pengorbananKU di kayu salib. Tanpa pengorbanan hidupKU dan darahKU, apa yang kamu miliki untuk datang kepada Bapa? Tidak ada apapun, hanya kesengsaraan dan dosa.
Kamu seharusnya menerima lebih besar rahmat dari para malaikat karena mereka tidak dapat menikmati kebahagiaan dengan menerimaKU sebagai makanan seperti yang kamu lakukan. Mereka minum setetes air dari mata air, tetapi kamu mendapat karunia untuk menerimaKU."
Masalah lain yang Tuhan bicarakan, tentang keprihatinan terhadap manusia yang bertemu denganNya hanya karena kebiasaan, yang telah kehilangan perasaannya. Rutinitas tersebut membuat iman orang menjadi suam-suam kuku, membuat mereka tidak memiliki sesuatu yang baru untuk diucapkan saat bertemu Yesus. Jika banyak jiwa-jiwa yang disucikan untuk melayaniNya telah kehilangan semangat untuk mencintai Tuhan dan membuat panggilan hidup mereka hanya suatu pekerjaan/jabatan, tidak ada pelayanan, tidak ada kasih...
Kemudian Yesus berkata tentang buah yang harus dihasilkan dari setiap komuni yang kita terima. ada orang yang setiap hari menerima komuni tetapi hidupnya tidak berbuah.
Mereka berdoa berjam-jam dan melakukan pelayanan, tapi hidup mereka tidak berubah. Kurban yang kita terima dalam Ekaristi, patut menghasilkan buah yang dari pertobatan dan kemurahan hati bagi sesama.
Kita sebagai orang awam mempunyai peranan yang penting dalam gereja. Kita tidak boleh berdiam diri saja, karena Tuhan telah mengutus kita, melalui sakramen pembabtisan untuk memberitakan kabar baik dari Tuhan. Kita tidak boleh menyimpan kabar baik yang telah kita terima untuk diri kita sendiri, sedangkan banyak orang di sekitar kita yang memerlukannya.
Dengan kata lain, kita semua telah menerima begitu banyak berkat, tetapi tidak berani meninggalkan lingkungan yang nyaman untuk bicara pada yang membutuhkan. Di saat kita tidak mempunyai kesempatan untuk mendatangi penderita sakit, kita berdoa baginya, maka doa tersebut dapat membantu mereka dalam perjuangan hidupnya. Orang yang sekarat mempunyai rasa takut yang luar biasa, pegang tangan mereka dan bicaralah tentang kasih Allah dan keajaiban yang menanti mereka di surga bersama Tuhan Yesus dan Bunda Maria.
Jangan biarkan waktu yang diberikan Tuhan hilang percuma. Kita harus menjadi perpanjangan tanganNya, diperlukan keteguhan hati dan keberanian. Kita harus menerima Yesus, hidup bersamaNya dan memberi diri kita makanan bersama Yesus.
Kita takut untuk memberikan komitmen sedikit lebih jauh. Ketika Tuhan bersabda, ,“Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu,” Ia mengatakan semuanya. Artinya mencari Kerajaan Allah dengan segala cara yang mungkin dan melalui segala sarana yang ada, dan… membuka tangan kita demi menerima SEMUANYA sebagai tambahan! Ini karena Ia adalah Tuhan, yang mengganjari dengan yang terbaik; Ia satu-satunya yang memberikan perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan kalian yang paling remeh sekali pun.
Saudara-saudaraku, terima kasih telah mengijinkanku melaksanakan misi yang dipercayakan kepadaku, yakni bahwa halaman-halaman ini sampai kepada kalian.
Diwaktu yang akan datang ketika kalian ikut ambil bagian dalam Misa Kudus, alamilah. Aku tahu bahwa Tuhan akan menggenapi bagi kalian janji-Nya bahwa “Misa kalian tidak akan pernah sama lagi seperti sebelumnya,” dan ketika kalian menyambut-Nya, kasihilah DIA! Nikmatilah kemanisan merasakan diri kalian sendiri beristirahat dalam luka di lambung-Nya, yang ditembusi bagi kalian demi meninggalkan Gereja-Nya dan BundaNya bagi kalian; demi membukakan bagi kalian pintu Rumah BapaNya, agar kalian dapat merasakan sendiri Kasih-Nya yang Maharahim melalui kesaksian ini, dan berusaha untuk membalas-Nya dengan kasih kekanak-kanakkan kalian.

Kiranya Tuhan memberkati kalian semua
Saudarimu dalam Yesus yang Hidup,
Catalina Lay.
Missionary of the Eucharistis Heart of Jesus.