Aplikasi di Handphone anda yang dapat menghasilkan uang

Aplikasi di Handphone anda yang dapat menghasilkan uang
AplikasiATMPonsel

Friday, December 30, 2011

Waktu adalah sesuatu yang tak terbendung, ia akan terus bergerak sekalipun kita telah lelah untuk beranjak dari tempat kita berdiri, ia akan terus melangkah ke depan sekalipun kita telah kehilangan semangat dalam mengarungi kehidupan ini.

Tapi inilah realitas dari kehidupan, ketika kita merasa telah berjuang begitu keras, ternyata masih banyak kerikil tajam yang masih mengganjar di setiap langkah kita, ketika kita telah berupaya, masih ada kegagalan yang menghampiri kita, masih ada tangis yang mengiringi jalan kita, masih banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan kita, apalagi ketika kita memasuki tahun-tahun penuh tantangan seperti ini.

Di keluarga, ketika kita didudukan sebagai anak, kita merasa kurang mendapat perhatian dari orang tua, dan sebaliknya sebagai orang tua, kita merasa anak zaman sekarang sangat sulit dididik, walaupun kita telah berupaya melakukan terbaik untuknya, lalu ketika usia kita beranjak senja, sebagai opa dan oma, kita merasa ditinggali dan terabaikan, kita kesepian.

Di pekerjaan, ketika kita didudukan sebagai karyawan, kita merasa tenaga kita telah diperas habis oleh perusahaan dan sebaliknya sebagai pemilik perusahaan, kita merasa karyawan kita kurang berdedikasi dan tidak bertanggungjawab, dan hanya pintar menuntut. Dan ketika hal itu terjadi pada diri kita, ketika kita dibenturkan dengan masalah-masalah tersebut, kita merasa sebagai makhluk yang paling malang, sebagai insan yang paling menderita di dunia.Kita pun segera bertanya-tanya, mengapa alam begitu tidak adil, mengapa kita harus terlahir menanggung derita-derita yang berkepanjangan ini?

Ketika rentetan peristiwa datang bertubi-tubi dan pertanyaan itu tak terjawabkan, kita dilanda rasa frustasi yang teramat sangat, kita merasa begitu lelah, kita merasa terabaikan, tubuh kita seakan mati rasa, denyut nadi kita berhenti sesaat, kita segera terjebak dalam ruang gelap yang tidak pernah kita tahu kapan berakhirnya.Lalu, sebelum semuanya semakin kelam, mari kita katup mata kita dan buka hati kita, mari kita manfaatkan waktu ini untuk merenung, menelaah dan mencari pencerahan dari cerita kecil ini, sang tukang kayu dalam kisah ini mungkin akan membangunkan hati kita.


kisah inspiratif
Quote:
Dikisahkan, seorang tukang kayu yang telah kelelahan berkarya ingin segera menjalani kehidupan pensiunnya, sejak awal dia adalah tukang kayu yang berbakat, tukang kayu yang berdedikasi tinggi atas pekerjaannya, tukang kayu yang bertanggung jawab penuh.Ketika ia menyampaikan keinginannya kepada Sang Tuan, ia malah diberi tugas terakhir sebelum pensiun, sang Tuan ingin ia membuat sebuah rumah megah untuknya.

Tukang kayu yang berbakat itu tiba-tiba berubah, ia menjadi tukang kayu yang sembrono, tukang kayu yang asal-asalan. Pukulan palu yang harus ia ayunkan tiga kali, hanya ia ayunkan satu kali, itu pun ia lakukan dengan tidak sepenuh hati. Dengan terpaksa ia menyelesaikan tugas terakhirnya, ia merasa Sang Tuan tidak lagi berpihak padanya, ia sungguh kecewa. Dan kekecewaannya ia lampiaskan pada pekerjaanya.

Sebuah “Rumah Mewah” yang jauh dari arti “Mewah ” akhirnya selesai tepat waktu.Ketika hari pensiun tiba, sang tukang kayu akhirnya mendapat sebuah amplop yang berisi sejumlah uang pensiun dan sebuah “KUNCI” rumah. Ketika ia menerimanya segera ia tersadar, ternyata kunci yang digenggamnya adalah kunci dari “Rumah Mewah” yang baru selesai dibangunnya. “Hadiah special ini dipersembahkan padamu, karena kerjamu yang luar biasa dan berdedikasi selama bekerja di sini.” Kata Sang Tuan.Lalu, sang tukang kayu hanya mampu melihat kunci rumah itu dengan “PENYESALAN”.
"

Quote:
Bukankah kita seperti tukang kayu ini, kita kadang-kadang lupa bahwa kita adalah pembuat rumah untuk diri kita sendiri.Ketika kita membangun rumah masa depan kita dengan sembrono, kita akan mendapatkan rumah yang mungkin kita tidak sukai, tapi itulah rumah yang harus kita tempati, rumah yang kita bangun dengan ayunan tangan kita. Kita boleh merasa kecewa ketika kita mendapati kenyataan bahwa rumah kita tidak seindah yang kita impikan, bahkan reok.

Kita boleh merasa kecewa ketika kita harus melalui kehidupan yang tidak menyenangkan, tapi inilah realitas hidup, sedih yang berkepanjangan tidak akan mengubah rumah yang telah kita bangun dengan tangan kita sendiri, oleh karma yang telah kita tanamkan.

Lalu, mari kita kembali pada kehidupan kita yang keras, yang penuh tantangan, ketika segalanya berubah menjadi kacau dan tidak terkendali, ketika kita begitu frustasi. Saat ini, kita masih diberi waktu untuk mengubah rumah masa depan kita, kita masih diberi waktu untuk memperindah setiap sudut ruangan hati kita. Mari kita kembali renungkan apa yang telah kita perbuat selama ini, bagaimana kita membangun rumah kita, seberapa baik kita telah membangun masa depan kita? Disadari atau tidak, kita dapat membangun rumah kecil kita melalui hal-hal sederhana, kita dapat membangunnya melalui pelukan kita pada mama, melalui secangkir kopi yang kita suguhkan pada papa, melalui kecupan selamat pagi untuk pasangan kita, atau melalui aluran tangan kita untuk menuntun bocah-bocah kecil kita.

Beban berat yang kita pikul akan menjadi lebih ringan, karena tangan-tangan kasih dari ayah bunda, saudara, kerabat dan teman akan membantu kita melaluinya. Dan kita pun akan menjadi kokoh. Melalui kesempatan ini, ketika kita masih ada waktu, selama kita masih diberi kesempatan untuk berbagi kasih, mari kita lakukan hal-hal sederhana itu sekali lagi. Mari peluk Mama yang di samping kita dan nyatakanlah cinta kita, mari kita kecup kening bocah kecil kita, mari kita genggam tangan pasangan kita dengan mesra, mari kita jabati teman kita dan katakan betapa kita menghargai persahabatan itu dan mari kita maafkan mereka yang pernah menyakiti kita.


sumber

KeyWord

Sayap Perlindungan

Tragedi gempa dahsyat di China pada Mei 2008 punya banyak kisah  mengharukan. Salah satunya adalah kisah seorang ibu yang meninggal dalam posisi mendekap bayinya yang berhasil bertahan hidup dan  diselamatkan. Di tangan sang ibu tergenggam handphone bertuliskan sebuah pesan, "Anakku, apabila engkau selamat, ingatlah bahwa Ibu selalu mencintaimu."

Membaca itu membuat saya teringat tugas kami sebagai Agent Asuransi yang seharusnya bisa menyiapkan sayap-sayap perlindungan bagi orang-orang yang belum menyadari pentingnya perlindungan.

Asuransi bukanlah beban, namun suatu payung disaaat hujan, suatu jalan keluar ketika terdesak ... Ketika kita dalam masalah kesehatan, dirawat dirumah sakit, harus menjalani operasi karena penyakit, mengalami kecelakaan sampai yang paling parah meninggal ... Asuransi yang akan membantu bahkan mungkin jadi solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Kalau kita meninggal mungkin semua permasalahan akan musnah hilang .... Itu bagi yang kita yang meninggal .... Bagaimana dengan orang-orang yang kita tinggalkan, orang-orang yang kita kasihi .... Apakah sama ... Permasalahan akan musnah ... Saya rasa tidak ... Apalagi jika kita adalah mesin ATM bagi mereka (pencari nafkah tunggal). Pernahkah terpikir apabila kita meninggal apa yang akan terjadi dengan orang-orang yang kita kasihi ????

Apabila keluarga atau orang yang kita kasihi akan mendapat masalah ketika kita tidak ada ... Maka kami anjurkan anda harus segera memikirkan apakah pekerjaan yang kita lakukan untuk mereka atau untuk diri kita sendiri, karena kalau untuk mereka seharusnya apapun yang terjadi dengan anda ... Keluarga anda tidak akan terpengaruh ...

Segeralah mencari solusi agar hal ini tidak akan terjadi pada keluarga anda ... Karena anda semua pasti adalah PAHLAWAN bagi keluarga anda masing-masing.

Salah satu solusi adalah dengan menyisihkan 10% dari penghasikan anda untuk menyiapkan kondisi seperti itu dengan membuat polis bagi diri anda ....
Saya yakin masih banyak solusi lain yang bisa anda pikirkan .... Karena Anda adalah sosok yang luar biasa.

Jangan sungkan hubungi kami, karena dengan senang hati kami akan membantu ... Kami orang Prudential ..."Always listening always understanding" agak iklan ya ... Tetapi tujuan kami hanya membantu anda agar memiliki masa depan yang lebih baik.

Regards

Leo

Sunday, December 25, 2011

Kisah uang Rp 1000 dan Rp 100.000: Uang Rp 1000 dan Rp 100.000 sama-sama terbuat dari kertas, sama2 dicetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia... pd saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar dimasyarakat.

Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tdk sengaja di dalam dompet seorang pemuda.                             
Kemudian diantara kedua uang tsb terjadilah percakapan yg Rp 100.000 bertanya kepada yg Rp 1000;

"Kenapa badan kami begitu lusuk, dan kotor ? dijawablah olehnya" karena aku begitu keluar dari Bank langsung ditangan orang2 bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan ditangan pengemis".                                               
Lalu Rp.1000.bertanya balik pada Rp 100.000; "Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih?".  
Dijawabnya "Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnyapun di restauran mahal, di mall dan jg hotel2 berbintang serta keberadaanku selalu di jaga dan jarang keluar dari dompet".                      

Lalu Rp 1000 bertanya lagi; "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah? "Dijawablah... "Belum pernah".                
Rp 1000 pun berkata lagi; "Ketahuilah walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap Jum'at /minggu aku selalu mampir di Mesjid2/vihara/gereja dan ditangan anak-anak yatim, bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan.Aku tidak dipandang manusia bukan sebuah nilai tapi yg dipandang adalah sebuah manfaat. "                            

Akhirnya menangislah uang Rp 100.000 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tdk begitu bermanfaat selama ini. jadi....Bukan seberapa besar penghasilan Anda, tapi seberapa bermanfaat penghasilan Anda itu. karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan.         

Semoga kita termasuk golongan orang2 yg selalu mensyukuri nikmat dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong....

Thursday, December 22, 2011

Buat IBU dan yg akan jadi IBU

Buat Ibu dan akan Jadi Ibu..

* Kisah ini diceritakan seorang perempuan, teman dekat dari perempuan dalam cerita ini. Dia seorang perempuan Indonesia yang cerdas, meraih gelar DOKTOR dari luar negeri dengan nilai summa cumlaude. Dia juga mendapat suami yang genius seperti dia dan disibukkan dengan pekerjaan kantor. Mereka dikarunia seorang anak dan sudah berusia 5 tahun. oleh berbagai kesibukan kerja, dia jarang memandikan anaknya, walau anak sering meminta di pagi hari, "Bunda, mandikan aku!", tetapi sang bunda selalu menyerahkan tugas itu kepada pengasuh anknya, dan berkata, "lain kali ya, bunda sibuk, nanti telat' dan alasan lainnya. Suatu hari, ketika sang bunda tugas ke luar kota (Medan), mendadak dia mendapat telepon dari pengasuh anaknya. Pengasuh itu berkata, bahwa Anandanya sedang demam tinggi dan sudah di bawa ke RS. Mendengar berita itu, dia membeli tiket dan langsung terbang kembali dan segera menuju UGD di salah satu RS. Tapi naas, dia tiba anaknya telah meninggal. Perempuan itu meraung, dia memandikan anaknya, 'Nak, bunda kini sudah memandikanmu!'Tapi dia memandkan jasad putranya!

* Ini kisah seorang ibu AS. Seorang perempuan mempunyai dua putra. Dia seorang perempuan pekerja dan sibuk. Suatu pagi dia berbenah untuk berangkat kerja. Dia melirik jam, dan waktunya tinggal 15 menit lagi. Sambil menyanggul rambutnya, dia melintasi ruang keluarga, di mana putra bungsunya sedang memutar kaset. Dia hany melirik lelaki kecil itu, sambil buru-buru hndak keluar ruangan, tapi tiba-tiba sang putra berteriak, 'STOP!' Perempuan itu menghentkan langkahnya tepat didepan putranya. Peremouan itu menyentuh kepala putranya, memegang tangannya, lalu merangkulnya, dan anak itu mengajak ibu berputar dan berputar diiringi musik yang dia putar. Ibu dan anak 5 tahun itu terus berputar, sampai seorang lelaki berumur 7 tahun masuk diantara mereka dan mengikuti arah langkah ke duanya. Mereka bertiga terus berputar dan menari, sampai musik berhenti. ketika usai mereka tertawa bersama menikmati pagi indah dan kecerian. Perempuan itu menepuk pantat kedua putranya sambil berkata : "Hayo...waktunya mandi'. Dengan masih tertawa gembira, mereka menaiki tangga ke tingkat dua ke kamar mereka. Sang bungsu berkata; 'kita punya bunda yang luar biasa. Aku bangga menjadi anak'. Perempuan itu tertegun. Dia membayangkan kata-kata itu akan diucapkan putra-putra ketika mereka berusia 40 tahun sambil membungkukkan tubuh mencium keningnya di dalam peti jenazahnya. Perempuan itu melirik ke jam di dinding rumahnya, dia terlambat, tapi dia tersenyum, karena dia telah memberi sedikit waktu yang luar biasa bagi putra-putranya.

Itu dua kisah perempuan yang sudah menjad ibu. Mungkin setiap orang kita punya kisah sebagai ibu. Lalu apakah kata anak-anak kita pada kita sebagai ibunya?
Lalu, apa kata anak-anakmu, tentangmu sebagai ibu? :)

Apapun kata mereka, tetap kuucapkan buat seluruh ibu yang luar biasa, "Selamat hari ibu"!
Hari ini milik kalian..
Tuhan memberi hikmat agar semakin bijak mengisi hidup bersama keluarga..

Thursday, December 8, 2011

Begitu Dahsyatnya Pengampunan

Dahsyatnya Pengampunan

Seorang wanita berkulit hitam yang telah renta dengan pelahan bangkit berdiri di suatu ruang pengadilan di Afrika Selatan. Umurnya kira-kira 70, di wajahnya tergores penderitaan yang dialaminya bertahun-tahun. Di depan, di kursi terdakwa, duduk Mr. Van der Broek , ia telah dinyatakan bersalah telah membunuh anak laki-laki dan suami wanita itu.

Beberapa tahun yang lalu laki-laki itu datang ke rumah wanita itu. Ia mengambil anaknya, menembaknya dan membakar tubuhnya. Beberapa tahun kemudian, ia kembali lagi. Ia mengambil suaminya. Dua tahun wanita itu tidak tahu apa yang terjadi dengan suaminya. Kemudian, van der Broek kembali lagi dan mengajak wanita itu ke suatu tempat di tepi sungai. Ia melihat suaminya diikat dan disiksa. Mereka memaksa suaminya berdiri di tumpukan kayu kering dan menyiramnya dengan bensin. Kata-kata terakhir yang didengarnya ketika ia disiram bensin adalah, “Bapa, ampunilah mereka.”

Belum lama berselang, Mr. Van den Broek ditangkap dan diadili. Ia dinyatakan bersalah, dan sekarang adalah saatnya untuk menentukan hukumannya. Ketika wanita itu berdiri, hakim bertanya, “Jadi, apa yang Anda inginkan? Apa yang harus dilakukan pengadilan terhadap orang ini yang secara brutal telah menghabisi keluarga Anda?”

Wanita itu menjawab, “Saya menginginkan tiga hal. Pertama, saya ingin dibawa ke tempat suami saya dibunuh dan saya akan mengumpulkan debunya untuk menguburkannya secara terhormat.” Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, “Suami dan anak saya adalah satu-satunya keluarga saya. Oleh karena itu permintaan saya kedua adalah, saya ingin Mr. Van den Broek menjadi anak saya. Saya ingin dia datang dua kali sebulan ke ghetto (perumahan orang kulit hitam) dan melewatkan waktu sehari bersama saya hingga saya dapat mencurahkan padanya kasih yang masih ada dalam diri saya.”

“Dan, akhirnya,” ia berkata, “permintaan saya yang ketiga. Saya ingin Mr. Van den Broek tahu bahwa saya memberikan maaf bagi dia karena Yesus Kristus mati untuk mengampuni. Begitu juga dengan permintaan terakhir suami saya. Oleh karena itu, bolehkah saya meminta seseorang membantu saya ke depan hingga saya dapat membawa Mr. Van den Broek ke dalam pelukan saya dan menunjukkan padanya bahwa dia benar-benar telah saya maafkan.”

Ketika petugas pengadilan membawa wanita tua itu ke depan, Mr. Van den Broek sangat terharu dengan apa yang didengarnya hingga pingsan. Kemudian, mereka yang berada di gedung pengadilan – teman, keluarga, dan tetangga – korban penindasan dan ketidakadilan serupa – berdiri dan bernyanyi

"Amazing grace, how sweet the sound that saved a wretch like me. I once was lost, but now I'm found. 'Twas blind, but now I see. (Anugerah yang ajaib, sungguh merdu suara yang telah menyelamatkan orang yang malang seperti saya. Saya pernah hilang, tetapi sekarang saya ditemukan. Saya pernah buta, tetapi sekarang saya melihat).

Begitulah cerita teman Aku Sibloon ini.... mengampuni dan diampuni adalah selalu membahagiakan...

Kisah Pohon Apel vs Parents

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu, anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku.”, pinta pohon apel itu.
“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi.”, jawab anak lelaki itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.” Kata si anak lelaki.
Pohon apel itu menyahut,
“Duh, maaf aku pun tak punya uang, tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi.”, kata pohon apel.
“Aku tak punya waktu,”, jawab anak lelaki itu.
“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”.
“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah, tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu.”, kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
“Ayo bermain-main lagi denganku.”, kata pohon apel.
“Aku sedih.”, kata anak lelaki itu.
“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
“Maaf anakku”, kata pohon apel itu.
“Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”
“Tak apa, aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu.”, jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat.”, kata pohon apel.
“Sekarang aku juga sudah terlalu tua untuk itu.”, jawab anak lelaki itu.
“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini.”, kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,”, kata anak lelaki.
“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”
“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu pun sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Miss my mommy and daddy ... They happy in heaven ....